NUSANTARA
Menko PM Abdul Muhaimin: Pemerintah Target Nol Persen Kemiskinan Ekstrem 2026

Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar menegaskan target pemerintah untuk mencapai nol persen kemiskinan ekstrem pada akhir 2026.
Abdul Muhaimin Iskandar menegaskan komitmen pemerintah dalam memutus mata rantai kemiskinan dengan cepat dan sungguh-sungguh.
“Kita hanya memiliki waktu delapan bulan untuk mengonsolidasikan dan mempercepat program yang kita miliki bersama,” ujar Muhaimin saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Upaya Pengentasan Kemiskinan dan Kemiskinan Ekstrem, serta pembaruan Program Tiga Juta Rumah yang digelar secara luring, Senin, 8 September 2025.
Selain target kemiskinan ekstrem, pemerintah juga menargetkan penurunan kemiskinan relatif menjadi 4,5 hingga 5 persen pada tahun 2029.
Berdasarkan data per Maret 2025, jumlah penduduk miskin berhasil turun 0,56 persen atau menjadi 23,85 juta orang. Angka kemiskinan ekstrem juga menunjukkan penurunan signifikan, dari 3,1 juta orang menjadi 2,38 juta orang.
Meski demikian, Muhaimin mengakui tantangan yang dihadapi tidak mudah. Laju penurunan kemiskinan per Maret 2025 masih berada di bawah standar ideal tahunan.
“Untuk mencapai target 5 persen dalam penanggulangan kemiskinan, kita harus mencapai penurunan minimal 1 persen per tahun,” jelasnya.
Ia mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi, agar target ini tidak mengalami kegagalan seperti periode sebelumnya. Muhaimin mencontohkan, pada pemerintahan terdahulu, target penurunan kemiskinan 9 persen justru berakhir di angka 11,25 persen.
Menurutnya, salah satu kunci utama pengentasan kemiskinan adalah pengendalian inflasi.
“Garis kemiskinan itu sejalan dengan meningkatnya inflasi,” tegas Muhaimin.
Ia menambahkan, tren kemiskinan cenderung mengikuti tren inflasi. Sebagai contoh, pada puncak inflasi tahun 2023, pertumbuhan garis kemiskinan mencapai 8,9 persen dengan inflasi 4,97 persen.
Muhaimin juga menyoroti beberapa provinsi dengan risiko tinggi kenaikan kemiskinan akibat inflasi, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Papua Utara, Papua Selatan, dan Papua Tengah.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pengendalian harga bahan pokok di daerah untuk menjaga stabilitas inflasi dan menekan angka kemiskinan. (Prb/ty/portalkaltim/sty)
-
EKONOMI DAN PARIWISATA2 hari agoCarnival Akhir Tahun Hadir di Mahakam Lampion Garden Samarinda, Tiket Masuk Mulai Rp5 Ribu
-
HIBURAN2 hari agoDaftar Film Indonesia di Bioskop Temani Liburan Nataru 2025-2026, Tayang Desember–Januari
-
OLAHRAGA5 hari agoPerolehan Positif Yamaha Racing Indonesia Tuai Perubahan Signifikan di ARRC 2025
-
SEPUTAR KALTIM4 hari agoWagub: Usia Harapan Hidup Warga Kaltim Naik Jadi 79 Tahun
-
SEPUTAR KALTIM12 jam agoDisorot Isu Deforestasi, Pemprov Kaltim Catat Upaya Reforestasi Capai 17 Ribu Hektare
-
BERITA3 hari agoPemprov Kaltim Pastikan Stok Pangan Aman, Harga Bapokting Stabil Jelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
-
EKONOMI DAN PARIWISATA4 hari agoBI Siapkan Rp4,8 Triliun Penuhi Kebutuhan Nataru 2026 di Kaltim
-
SEPUTAR KALTIM12 jam agoPemprov Kaltim Buka Data: Tutupan Hutan Masih 62 Persen, Deforestasi di Bawah Satu Persen

