Connect with us

EKONOMI DAN PARIWISATA

Merajut Keindahan Sarung Samarinda di Kampung Tenun

Diterbitkan

pada

Pengrajin Sarung Tenun Samarinda Makoruna disela proses produksi. (Yanti/Kaltim Faktual)

Di tengah peradaban Kota Samarinda yang makin maju, ada sebuah kampung dengan warisan budaya tak ternilai bernama Kampung Tenun. Di sini, kita menemukan berbagai motif sarung Samarinda dengan harga ramah kantong.

Kampung Tenun Samarinda atau kampung peradaban suku Bugis namanya. Telah diakui oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda sebagai wisata cagar budaya. Serta, sentra sarung tenun Samarinda satu-satunya di Benua Etam ini.

Ketika langkah kaki berpijak memasuki gerbang kampung ini, bagai membawa kita kembali ke masa lampau. Suara mesin tenun tradisional menyapa telinga pengunjung.

Pemandangan rumah-rumah unik dengan motif sarung Samarinda yang ikonik memanjakan mata, identik dengan warna merah dan hitam. Seakan menghadirkan aura magis yang mencerminkan identitas budaya yang kental.

JADI PROFESI MASYARAKAT

Di kampung ini, tenun bukan sekadar kain, melainkan nadi kehidupan. Hampir seluruh penduduk di kampung ini mengabdikan diri sebagai penenun, guna terus melestarikan warisan budaya leluhur.

Baca juga:   Menengok Genangan Abadi dan Kawasan Langganan Banjir di Damanhuri Samarinda

Mulai dari pemintalan benang hingga penenunan benang, wisatawan diperbolehkan menyaksikan proses kreatif di balik pembuatan kain tenun Samarinda dengan ketelatenan dan keuletan para penenun yang tampak dari setiap gerakan jemari mereka, menghasilkan karya seni yang tak ternilai.

JENDELA SEJARAH

Kampung Tenun Samarinda berada persis di Jalan Panglima Bendahara Gang Pertenunan Samarinda Seberang ini menjadi bukti bangunan sejarah yang masih kokoh berdiri hingga saat ini. Keberadaannya yang telah ada sejak tahun 2000 an, menjadi saksi bisu perkembangan masyarakat dari masa ke masa.

Kampung ini juga menjadi bukti nyata adaptasi masyarakat terhadap perubahan zaman. Dahulunya, area ini merupakan bagian dari tepian Sungai Mahakam.

Namun, sejak kampung ini diangkat oleh Mantan Wali Kota Samarinda Syaharie Ja’ang, kini menjadi pusat perekonomian di Samarinda. Dengan pesona yang tak tergantikan, menjadikan sarung Samarinda ini menjadi salah satu ikonik oleh-oleh khas Kaltim.

Baca juga:   Pemkot Samarinda akan Bikin Parkiran Baru di Pasar Segiri, 70 Persen Areanya untuk Roda 2

Keistimewaan yang ditawarkan dari kampung tenun ini yakni pembuatan sarung Samarinda atau Tajong Samarinda yang masih menggunakan mesin tenun tradisional atau yang disebut dengan gedokan.

Benang yang digunakan untuk menenun sarung Samarinda ini juga tidak sembarangan. Melainkan, benang sutera yang diimport langsung dari pengrajin luar negeri Tirai Bambu maupun daerah-daerah lokal seperti Surabaya, Tangerang dan Riau.

Keahlian menenun masyarakat di Kampung Tenun Samarinda juga tak perlu diragukan lagi. Kemampuan tersebut sudah diberikan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Sehingga, keahlian tersebut masih tetap asri hingga sekarang.

Pengrajin Sarung Tenun Samarinda, Makoruna mengungkapkan bahwa dirinya sudah 20 tahun menekuni profesi sebagai pengrajin sarung tenun Samarinda ini.

“Udah lama menenun sejak saya masih gadis waktu itu. Sekarang sudah ada dua cucu,” ungkap Makoruna.

Berbagai motif telah dia ciptakan mulai dari warna orange biru hingga merah hitam yang begitu diminati pengunjung saat ini.

Baca juga:   Libur Pemilu, Mal BSB Balikpapan Terpantau Lebih Ramai

“Pelanggan dari luar dari Bontang dan biasa dijualnya dititipkan ke toko-toko. Tapi ada juga yang beli langsung ambil disini. Soalnya lebih murah,” ujarnya.

Untuk harga penjualan sarung Samarinda sendiri dibanderol dengan harga Rp350 ribu perlembarnya.

“Kemaren ada beberapa lembar diambil orang dari sini,” ujarnya.

Makoruna menjelaskan bahwa proses pengerjaannya sarung Samarinda ini terbilang cukup lama. Produksi nya memakan waktu kurang lebih dua hari untuk satu sarung.

“Satu gulung benang Samarinda ini bisa jadi 30 lembar. Bahan bahannya dikasih nanti bagi dua hasilnya,” ucapnya.

Dalam sebulan, ia mengatakan mampu memproduksi 30 lembar kain dengan motif yang berbeda.

“Gak sampai dua bulan 30 lembar kalau gak ada halangan. Satu gulung benang inikan jadi 30 nanti kalau sudah 30 kain ganti lagi motifnya,” pungkasnya. (dmy/gdc)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.