Connect with us

NUSANTARA

Mini Ensiklopedi Masyarakat Adat Suku Balik: Bukti Eksistensi dan Perlawanan

Diterbitkan

pada

Anggota AMAN Kaltim, Andreas. (Mitha/Kaltim Faktual)

Pembangunan IKN membawa ancaman bagi eksistensi masyarakat adat suku Balik. Namun, mereka tidak tinggal diam. Sebagai bentuk pertahanan identitas budaya, hadir “Mini Ensiklopedi Masyarakat Adat Suku Balik”, sebuah dokumentasi yang menegaskan keberadaan mereka.

Ensiklopedia ini baru saja diluncurkan pada Jumat, 14 Februari 2025, sebagai hasil kerja sama antara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman (Unmul) dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kaltim.

Acara peluncuran juga diisi dengan diskusi yang menghadirkan akademisi Unmul Dahri Dahlan, Ketua Adat Suku Balik Sibukdin, serta perwakilan AMAN Kaltim, Hairudin Alexander dan Andreas.

Menegaskan Keberadaan Masyarakat Adat

Ensiklopedia ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sepaku dan Pemaluan, Kabupaten Penajam Paser Utara. Proses penggarapannya memakan waktu panjang, dimulai sejak 2023 dan rampung pada September 2024.

Menurut Andreas, pemuda AMAN Kaltim yang terlibat dalam proyek ini, buku tersebut menjadi bukti konkret bahwa masyarakat adat suku Balik masih ada. “Ensiklopedia ini membantah narasi yang mengatakan tidak ada masyarakat adat di wilayah IKN. Kami ada, dan kami akan terus melawan,” tegasnya.

Masyarakat adat suku Balik khawatir pembangunan IKN akan menggerus identitas mereka. Minimnya pengakuan terhadap keberadaan mereka semakin memperkuat kekhawatiran tersebut.

“Para tetua adat merasa terancam. Jika tidak ada upaya dokumentasi, identitas mereka bisa hilang begitu saja,” tambah Andreas.

Melibatkan Tetua Adat, Hadapi Tantangan Besar

Dalam penyusunannya, ensiklopedia ini melibatkan banyak pihak, terutama pemuda yang melakukan wawancara dengan tetua adat. Namun, minimnya jumlah penutur asli menjadi tantangan tersendiri.

Baca juga:   Distribusi LPG 3 Kg Hanya Sampai Pangkalan, Sub-Pangkalan Belum Tersedia

Menurut AMAN Kaltim, penduduk asli suku Balik kini hanya tersisa sekitar 100–150 orang, sementara penutur bahasanya tinggal sekitar 10 orang.

Selain itu, masyarakat sering tertukar antara suku Balik dan suku Paser. Keduanya memiliki kemiripan bahasa dan budaya, tetapi tetap berbeda. Hal ini sempat menyulitkan tim penyusun dalam mencari narasumber yang benar-benar penutur asli suku Balik.

“Kadang sudah tidak tahu lagi mana bahasa Balik, mana bahasa Paser,” jelas Andre kepada Kaltim Faktual, Jumat, 14 Februari 2025.

Harapan bagi Pemuda Suku Balik

Dengan peluncuran mini ensiklopedia ini, Andreas berharap masyarakat luas bisa memahami bahwa masyarakat adat suku Balik masih ada dan terus berjuang.

“Kami sudah membuktikan dengan buku ini bahwa masyarakat adat suku Balik telah turun-temurun tinggal di sana,” katanya.

Ia juga berharap pemuda suku Balik tetap menjaga identitas budaya mereka dan memanfaatkan ilmu adat yang telah diwariskan, seperti perladangan dan tata guna lahan untuk menjaga lingkungan.

“Dan teman-teman di luar komunitas masyarakat adat Balik juga bisa melihat bahwa ada masyarakat adat yang sebenarnya sudah di jurang kematian. Karena betul-betul sedikit,” pungkasnya. (tha/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Untuk itu, mereka berupaya menjaga dan memperkenalkan keberadaan budaya mereka melalui peluncuran “Mini Ensiklopedi Masyarakat Adat Suku Balik” sebagai cara membuktikan eksistensi mereka yang perlu dilindungi.

Baca juga:   Pemprov Dukung Pelaksanaan Makan Bergizi Gratis di Kaltim, Ketersediaan Bahan Pangan Lokal Jadi Kendala Utama

Ensiklopedia ini baru saja diluncurkan bertepatan dengan kerja sama antara Fakultas Ilmu Budaya Unmul dan AMAN Kaltim. Acara yang digelar pada Jumat, 14 Februari 2025, ini juga menghadirkan diskusi mengenai mini ensiklopedia.

Diskusi tersebut dihadiri oleh Dahri Dahlan (akademisi Unmul), Ketua Adat Suku Balik Sibukdin, serta perwakilan AMAN Kaltim, Hairudin Alexander dan Andreas.

Bukti Eksistensi Masyarakat Adat Suku Balik

Dua lokasi pun jadi sasaran penelitian buku ini. Yaitu di Sepaku dan Pemaluan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara. Waktu penggarapannya pun cukup memakan waktu dan melalui proses panjang. Mulai dari tahun 2023 dan selesai pada September 2024 lalu.

Mini ensiklopedia ini memuat adat dan budaya suku Balik. Menurut pemuda AMAN Kaltim, Andreas, buku ini menjadi bukti bahwa masyarakat adat masih eksis di wilayah IKN. Selain itu, dokumentasi ini juga membantah narasi yang menyebutkan bahwa tidak ada masyarakat adat di sana.

“Ada kegelisahan dari para tokoh adat suku Balik menghadapi ancaman pembangunan IKN yang mereka khawatirkan akan menghilangkan identitas mereka,” ujar pemuda yang kerap disapa Andre ini.

Libatkan Tetua Adat dalam Prosesnya

Dalam penyusunannya, ensiklopedia ini melibatkan banyak pihak, terutama pemuda yang melakukan wawancara dengan tetua adat. Namun, minimnya jumlah penutur asli menjadi tantangan tersendiri. Menurut AMAN Kaltim, penduduk asli suku Balik kini hanya tersisa sekitar 100–150 orang, sementara penutur bahasanya tinggal sekitar 10 orang.

Baca juga:   Pemangkasan hingga Pemblokiran Anggaran IKN, Keniscayaan atau Ketidakseriusan Prabowo Lanjutkan Ibu Kota?

Selain itu, masyarakat sering tertukar antara suku Balik dan suku Paser. Keduanya memiliki kemiripan bahasa dan budaya, tetapi tetap berbeda. Hal ini sempat menyulitkan tim penyusun dalam mencari narasumber yang benar-benar penutur asli suku Balik.

“Kadang sudah tidak tahu lagi mana bahasa Balik, mana bahasa Paser,” jelas Andre kepada Kaltim Faktual pada Jumat, 14 Februari lalu.

Pemuda Suku Balik Diharapkan Manfaatkan Ilmu yang Sudah Ada

Dengan peluncuran mini ensiklopedia ini, Andre berharap narasi bahwa masyarakat adat tidak ada di wilayah IKN dapat terbantahkan.

“Kami sudah membuktikan dengan buku ini bahwa masyarakat adat suku Balik telah turun-temurun tinggal di sana.”

Ia juga menaruh harapan besar kepada pemuda adat suku Balik agar tetap mempertahankan identitas mereka. Tak hanya itu, ia ingin para pemuda lebih memanfaatkan ilmu adat yang telah diwariskan, seperti perladangan dan tata guna lahan untuk menjaga lingkungan.

“Dan teman-teman di luar komunitas masyarakat adat Balik juga bisa melihat bahwa ada masyarakat adat yang sebenarnya sudah di jurang kematian. Karena betul-betul sedikit,” pungkasnya. (tha)

Anggota AMAN Kaltim, Andreas. (Mitha/Kaltim Faktual)

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.