NUSANTARA
Program Makan Bergizi Gratis di Samarinda Hadapi Tantangan, Peralatan Belum Standar hingga Kantin Turun Omset

Program MBG di Samarinda dinilai belum optimal. Salah satunya karena peralatan yang disebut belum sesuai standar hingga adanya keluhan dari kantin sekolah yang alami penurunan omset.
Di Samarinda, program Makan Bergizi Gratis (MBG) resmi dimulai sejak 20 Januari 2025 dengan beberapa sekolah sebagai percontohan. Sempat mundur dua pekan dari waktu yang dijadwalkan seharusnya.Administrasi yang belum rampung jadi alasannya.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Samarinda, program MBG menyasar sekitar 134 ribu siswa dari jenjang PAUD hingga SMP.
Saat ini, ada tiga dapur umum yang telah beroperasi untuk mengakomodasi program MBG di Samarinda. Bertahap akan ditambah jumlahnya di tiap kecamatan.
Di antaranya berada di Kelurahan Air Putih, Samarinda Utara, dan Samarinda Ulu. Bahkan, masing-masing dapur umum diklaim memiliki kapasitas produksi mencapai 3000 porsi makanan per hari. Namun, realisasi di lapangan masih dianggap kurang optimal.
Peralatan Masak Belum Tiba
Komandan Kodim 0901 Samarinda, Kolonel Inf Yusub Dody Sandra menyebut, tantangan terbesar yang pihaknya hadapi di lapangan menyoal peralatan dan operasional dapur umum.
Terlebih, standar peralatan memasak yang ditetapkan Badan Gizi Nasional (BGN) belum terpenuhi seluruhnya. Meski begitu, TNI sebagai salah satu leading sector program MBG bersama BGN tetap berkomunikasi secara intens.
“Penyiapannya memang belum semuanya selesai sesuai standar yang ditetapkan BGN. Kami masih menunggu peralatan memasak yang sesuai standar tersebut,” ucapnya saat ditemui Jumat 24 Januari 2025.
Adapun peralatan masak sesuai standar BGN kini tengah dalam proses pengiriman dari Jakarta menuju Samarinda. “Kalau ada keterlambatan dalam proses pengirimannya mohon maklum. Karena proses pengirimannya juga butuh waktu.”
Kantin Diimbau Siapkan Menu Alternatif
Tak berhenti sampai di situ. Polemik baru kini datang dari pemilik kantin. Sejumlah kantin sekolah di Samarinda yang telah menjalankan program MBG dilaporkan alami penurunan omset hingga 50 persen.
Menanggapi dinamika yang terjadi, Yusub menyarankan sejumlah kantin terdampak untuk melakukan penyesuaian porsi makanan.
“Kalau biasanya kantin bisa jual sampai 50 porsi dan sekarang omsetnya turun, ya tolong dimaklumi. Yang berjualan ya kita tidak bisa larang. Mungkin bisa dikurangi saja atau alternatif makanannya diperbanyak.”
Penyesuaian ini disebutnya sebagai win win solution untuk menghadirkan pilihan menu makanan bagi para siswa tanpa mengorbankan program nasional pemerintah pusat.
“Untuk siswa yang punya uang saku lebih tetap bisa membeli makanan di kantin. Dan untuk yang berjualan di kantin mungkin saja pemilihan menunya bisa berbeda dengan apa yang disediakan pemerintah. Sehingga siswa tidak bosan.” pungkas Yusub. (nkh/am)

-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Ajang Camat Berprestasi Kaltim 2025 Dibuka, Pemenang Diumumkan di HUT Kaltim ke-69
-
EKONOMI DAN PARIWISATA3 hari ago
Inflasi Kaltim September 2025 Tercatat 1,77 Persen, Tertinggi di PPU
-
EKONOMI DAN PARIWISATA3 hari ago
Harga TBS Sawit Kaltim Naik, Petani Sambut dengan Optimisme
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Ratusan Warga Padati Bulbak PKH, Dari Expo Peternakan hingga Aksi Minum Susu
-
OLAHRAGA4 hari ago
Tambah Poin di Aragon, Arai Agaska Targetkan Runner Up R3 BLU CRU World Cup 2025
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Upacara Hari Kesaktian Pancasila di Kaltim, Rudy Masud Tekankan Persatuan Bangsa
-
EKONOMI DAN PARIWISATA4 hari ago
Kopi Liberika Kaltim, Unik, Adaptif, dan Punya Potensi Pasar Global
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Wagub Seno Aji: Ketahanan Pangan Kaltim Masih Semu, Harus Segera Mandiri