EKONOMI DAN PARIWISATA
Tren Wisata Samarinda 2023 Anjlok hingga 70 Persen, Berharap Happy Ending di Masa Nataru

Selepas periode awal tahun, tren wisata di Kota Samarinda anjlok parah di 2023 ini. Penurunannya hingga 70 persen. Diduga karena dampak isu resesi ekonomi. Para pengelola destinasi berharap bisa ketiban untung di periode pergantian tahun.
Jumlah kunjungan wisata di Samarinda sepanjang tahun 2023 ini mengalami tren penurunan. Pebisnis pariwisata pun harus berhitung cermat. Mereka harus tetap berinovasi, karena itu syarat mutlak mendapatkan kunjungan kembali. Namun tidak bisa barbar biar tidak rungkad.
Sekretaris DPC Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Samarinda Saddam Husin mengatakan. Dalam bisnis ini, tingkat kunjungan wisatawan memang tidak pernah stabil. Selalu naik turun, menyesuaikan musim liburan.
Hanya saja, pada tahun ini kondisinya berbeda. Durasi penurunannya dia sebut sebagai yang terpanjang dalam beberapa tahun terakhir.
Secara rinci, ia memberi gambaran bahwa musim liburan terbagi jadi 3 dalam setahun. Yakni libur awal tahun, libur Lebaran Idulfitri, dan libur akhir tahun yang biasa dibarengi dengan libur sekolah.
“Nah sebelum Lebaran seperti yang sudah-sudah, kunjungan awal tahun itu selalu baik. Walaupun di puncaknya, di Lebaran itu tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Jadi memang agak turun,” ungkap Saddam belum lama ini.
Berdasar pantauan Kaltim Faktual, di masa Lebaran lalu, jumlah orang yang berlibur ke destinasi di Samarinda memang turun jauh. Sementara beberapa destinasi pantai di Kukar, Balikpapan, dan PPU mengalami peningkatan signifikan.
“Kemudian setelah Lebaran, itu kunjungan drop, bisa sampai 50-70 persen karena bertepatan dengan anak masuk sekolah,” tambahnya.
Dampak Isu Resesi
Saddam melihat penurunan ini disebabkan oleh berbagai hal. Terutama isu resesi ekonomi. Sejak tahun lalu, Menteri Ekonomi Sri Mulyani memang sudah memberi peringatan. Bahwa pada 2023, akan terjadi resesi ekonomi global. Termasuk Indonesia.
Resesi sendiri merupakan suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Apalagi tahun 2023 ini termasuk masa pemulihan. Tidak bisa dipisahkan dari Pandemi Covid-19 kemarin.
Pada akhirnya, Indonesia selamat dari ancaman jurang resesi. Daya beli pada beberapa sektor masih terpantau bagus. Namun akibat ‘warning’ tersebut, masyarakat jadi lebih ketat mengatur keuangannya. Pengeluaran lebih diprioritaskan untuk kebutuhan primer.
Seperti misalnya, pada periode libur Lebaran kemarin, berdekatan dengan jadwal masuk sekolah. Sehingga banyak masyarakat yang menahan konsumsinya untuk berwisata. Belum lagi masyarakat telah spending besar pada keperluan dapur, untuk menyajikan makanan khas hari raya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pengelola destinasi yang tergabung di PUTRI. Saddam bilang kalau tren penurunan hampir merata di semua tempat liburan keluarga di Kota Pusat Peradaban.
“Sebenarnya kalau dikatakan terburuk enggak, tapi terpanjang. Biasanya 2 bulan 3 bulan setelah Lebaran itu kembali lagi. Tapi tahun ini enggak, ” jelas pengelola Taman Salma Shofa tersebut.
Mau tidak mau, sejumlah tempat wisata di Samarinda mengeluarkan berbagai strategi. Di antaranya promo buy 1 get 1, atau penurunan harga gathering untuk rombongan. Bisa juga promo melalui event, 17 Agustus kemarin misalnya.
Beberapa tempat wisata juga harus menahan pengeluaran untuk renovasi tempat atau penbahan wahana baru. Namun di Taman Salma Shofa, ia menerapkan strategi berbeda.
“Sebenernya kita prepare, setelah sepi ini siap start enggak. Mumpung lagi sepi (melakukan penambahan), jadi pas kunjungan mulai ramai, ada sesuatu yang baru,” kata pria berkacamata itu.
Berharap Tren Wisata Akhir Tahun
Setelah menghadapi tren penurunan yang panjang ini. Menjelang akhir tahun 2023, mendekati tahun baru, di mana sektor wisata tengah diserbu. Saddam berharap ada harapan baru.
Mulainya pertengahan Desember bertepatan dengan musim libur sekolah. Berlanjut ke libur Natal dan Tahun Baru. Dari sana kunjungan diharapkan meningkat. Dan setelahnya berangsur normal.
Namun masih belum dipastikan juga apakah resesi yang mempengaruhi orang untuk menahan pengeluarannya ini akan segera berakhir.
“Jadi karna masih bimbang antara resesi atau engga, konsumen juga mementingkan pertama dapurnya dulu, primer, dan yang kedua destinasi wisata Samarinda banyak segmennya keluarga (butuh biaya lebih besar untuk liburan sekeluarga).”
“Pasti buat keluarganya dulu, keperluan sekolah dan lain-lain. Akhirnya mereka nahan uang di situ. Naiknya biaya pendidikan mempengaruhi juga,” tandasnya. (ens/dra)


-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Dian Rosita Apresiasi Wali Kota soal Samarinda Theme Park, Tapi Perizinan Berbelit Masih Harus Jadi PR Bersama
-
GAYA HIDUP3 hari yang lalu
Olahraga Sambil Berburu Hadiah di Samarinda, Beberapa Event Lari Pada Februari 2025 Diserbu Ribuan Pelari
-
KUKAR1 hari yang lalu
Babak Baru Kasus Eks Bupati Kukar Rita Widyasari, KPK Geledah Rumah Ketua PP, Sita 11 Mobil Mewah
-
KUKAR2 hari yang lalu
Bullying Marak di Sekolah, Dosen Psikologi Unmul: Olok-Olokan Jangan Dianggap Sepele
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Penanganan Banjir di Samarinda Butuh Rp 900 Miliar, Ketua Komisi III Siap Bentuk Perdanya
-
HIBURAN4 hari yang lalu
Mellow hingga Jingkrak-Jingkrak: Dewa 19 Guncang Konser Perayaan Cinta di Samarinda
-
BERITA3 hari yang lalu
Siap Hadapi Semester Baru? Baca Tiga Buku Ini untuk Tambah Inspirasi!
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Datang ke Kaltim? Ini Sederet Culture Shock yang Bakal Kamu Alami!