SAMARINDA
WCD Kaltim: Masalah Sampah di Samarinda Tak akan Pernah Beres jika Pemerintah dan Masyarakat Tak Kerja Sama

Menurut WCD Kaltim, untuk mengatasi masalah sampah di Samarinda perlu adanya kerja sama. Pemerintah gencar melakukan sosialisasi dan transparansi pengelolaan sampah. Sementara masyarakat mengubah perilaku buruk.
Permasalahan sampah tampak jadi masalah yang masih sulit diatasi di berbagai daerah. Termasuk di Ibu Kota Kaltim. Jumlah volume sampah di Samarinda pada 2023 sendiri mencapai 841.286,00 meter kubik per tahun.
Berbagai Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kota Tepian, setiap harinya selalu penuh. Tampak tidak ada habisnya. Meski jam buang sampah telah ditetapkan dan diberlakukan. Namun itu tidak mempan.
Belum lagi sampah di area parit-parit kecil. Keberadaannya menyumbat, hingga ketika hujan besar tiba, menyebabkan banjir. Lalu sampah di Sungai Mahakam dan anak-anaknya.
Seperti yang dikatakan oleh Leader World Cleanup Day (WCD) Kaltim Fatur Rahman Subianto. Sungai dan area pasar di Samarinda kerap jadi sasaran komunitasnya dalam melakukan aksi bersih-bersih.
“Jadi memang kelihatan sedikit sampah, tapi pada saat kita melihat lebih jelas itu sampah banyak. Terutama dari parit-parit,” katanya kepada Kaltim Faktual Jumat 29 Mei 2024.
“Jadi sebenarnya kalau dibilang orang yang tinggal tinggal di pinggir sekarang penyebab sampah itu kurang tepat, karena dari parit juga banyak,” tambahnya.
Sampah Tanggung Jawab Bersama
Menurut Fatur, kunci mengatasi permasalahan sampah terletak pada sinergi pemerintah dan masyarakat. Baginya, masalah sampah sudah harus mendapatkan perhatian lebih banyak. Terutama menuju bebas sampah 2025.
Pemerintah dalam hal ini perlu memiliki aturan dan kebijakan untuk mengatur dampah di dalam kota. Lalu melakukan sosialisasi terhadap aturan itu sampai ke tingkat paling rendah di masyarakat.
Karena kebanyakan kebijakan, menurut Fatur, belum sampai menyentuh ke tingkat RT. Hanya sampai ke kalangan tertentu saja. Sehingga kebiasaan buang sampah sembarangan hingga merokok di jalan.
Jika sosialisasi sudah digencarkan, saatnya masyarakat yang perlu mengubah perilaku buruk dalam menjaga kebersihan. Karena sumber dari sampah juga bermuara dari perilaku warga pula.
“Ada juga kan yang masih ngeyel. Sehingga perlu pendidikan lingkungan hidup mulai dari satuan Paud, SD, SMP, hingga perguruan tinggi.”
“Dikarenakan kalau cuma aksi tanpa adanya edukasi seperti itu itu sangat kurang maksimal,” tambahnya.
Selain itu, WCD juga mendorong agar pemerintah memperbanyak TPS terpadu. Bisa bekerja sama dengan pihak ke-3 atau perusahaan daur ulang. Lalu transparansi juga kepada masyarakat terlait pengelolaannya. Agar meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat juga.
“Kebanyakan adalah dari sampah B3. Kalau organik itu kan masih sedikit. Sampah tekstil itu juga masih belum ada pengelolaannya di Samarinda jadi itu menjadi PR agar segera diadakan,” pungkasnya. (ens/fth)


-
PARIWARA5 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Wagub Kaltim Logowo Tunjangan Operasional Dipangkas: “Memang Saya yang Minta”
-
BALIKPAPAN2 hari yang lalu
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Respons Cepat Hotline 110, Polresta Samarinda Ungkap Kasus Pelecehan Anak dan Penggelapan
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kaltim Baru Miliki 38 Madrasah Negeri, Proses Penegerian Terkendala Anggaran dan Regulasi Pusat
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Satgas PASTI Blokir Ratusan Pinjol dan Investasi Ilegal, Kerugian Masyarakat Capai Rp2,6 Triliun
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Samarinda Siap Bangun Sekolah Rakyat Tahun Ini, Daerah Lain Masih Terkendala Lahan