SAMARINDA
Pemangkasan Bukit Belum Optimal, Longsor di Perumahan Keledang Mas Samarinda Masih Berlanjut

Pengembang melakukan pemangkasan bukit di Perumahan Keledang Mas Samarinda. Namun masih belum optimal. Pergerakan tanah masih berlanjut, dan rumah warga yang terkena longsor menjadi bertambah.
Sejak tahun 2023 lalu, masalah longsor di Perumahan Keledang Mas, Samarinda Seberang, telah menjadi sorotan. Longsor satu ini cukup berbeda dari biasanya, dan bukan berupa amblasan tanah secara besar.
Longsor terjadi akibat tanah dari sebuah lahan bukit yang bergerak perlahan ke bawah bersama aliran air. Ketika cuaca telah panas, tanah itu menjadi kering dan menjadi retakan. Membuat area jalan, dan lantai rumah warga ikut retak, meluas hingga dinding. Kondisinya parah.
Dampaknya mengenai sebagian permukiman di Blok BS dan BW. Belasan rumah terdampak, sebagian retak sedang, retak berat, hingga ada yang rumahnya tak bisa ditinggali. Sekitar 5 keluarga harus mengungsi.
Setelah kejadian itu, Pemkot Samarinda terus mencari solusi penanganan lahan bukit itu agar tidak terus mengancam. Mulai dari pembuatan drainase, hingga pemangakasan bukit.
Hanya Dipangkas Sebagian
Sejak awal, pemkot mendorong pengembang untuk melakukan pemangkasan bukit. Berdasarkan kajian geologi. Namun dalam praktiknya, sangat lamban, sebab membutuhkan biaya yang sangat besar.
Camat Samarinda Seberang, Aditya Koesprayogi, menyebut pengembang kemudian memangkas sebagian lahan bukit di kawasan itu dengan penggalian. Pemangkasan dengan memperhatikan kemiringan tertentu agar air hujan bisa mengarah ke arah sebaliknya dengan teknik Cut Slop.
Namun, pemangkasan lahan itu tidak bertahan jangka panjang. Meski sempat tidak terjadi longsor susulan, namun keberadaan lahan bukit iturupanya masih menjadi ancaman warga setempat.
Kembali Longsor
Pada awal tahun 2025, longsor kembali terjadi. Terlebih jika melihat tingginya curah hujan yang terjadi beberapa waktu terakhir di Samarinda ini. Tanah kembali bergerak .Adit melaporkan, pergeseran tanah kembali terjadi sekitar sepekan yang lalu. Dan pihaknya telah melakukan peninjauan.
“Cukup lama pasca pemangkasan itu tidak pernah ada info pergerakan tanah yang berarti, baru seminggu yang lalu kami menerima info kembali,” jelas Adit belum lama ini.
Hasilnya, dari belasan rumah sebelumnya yang sudah terdampak, kini bertambah. Teranyar, 20 rumah tercatat alami kerusakan. Adapun 9 rumah rusak berat, 8 rumah rusak sedang, dan sisanya kategori ringan.
“Sekitar seminggu yang lalu ada pergerakan tanah kembali di bawah rumah warga yang menyebabkan keretakan rumah. Kemudian kami tinjau kembali pada hari senin lalu,” kata Camat Samarinda Seberang itu.
Solusi Baru
Terpisah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda menginisiasi pertemuan bersama sejumlah pihak terkait pada Kamis, 16 Januari 2025. Tak lama berselang usai dilakukan peninjauan.
Sekretaris BPBD Kota Samarinda, Romiansyah membenarkan berbagai upaya seperti pembuatan drainase dan penggalian sebelumnya memang masih belum optimal. Pihaknya kemudian menyusun solusi baru untuk mengatasi longsor.
“Jadi tadi kami memanggil pihak pengembang untuk bersama sama berkomitmen. Karena itu kan sudah beberapa treatment yang kita lakukan tapi sampai sekarang masih belum optimal,”
Pembangunan retaining wall atau dinding penahan akan menjadi solusi alternatif dari konsultan. Singkatnya, retaining wall merupakan konstruksi bangunan berupa dinding yang berfunsgi untuk menstabilkan tanah miring agar tidak bergeser atau longsor.
Retaining wall kerap ditemukan pada jalan tol yang berada di sekeliling daerah perbukitan. Skema yang tak jauh berbeda juga akan diterapkan pada persoalan kali ini.
“Dari solusi yang ditawarkan, rencananya kita akan membangun semacam dinding penahan atau retaining wall. Untuk mencegah pergerakan tanah yang ada di bawah.”
Meskipun begitu, Romiansyah dan pihaknya akan tetap melakukan kajian mendalam sebelum merealisasikan solusi tersebut. Agar masalah longsor benar-benar yuntas dan tidak terjadi kembali.
“Alhamdulillah tadi disambut baik oleh teman-teman. Tapi tentunya harus ada kajian lebih mendalam lagi. Artinya kita harus menimbang dan menganalisa dengan baik dan cermat plus minus dari solusi yang ditawarkan tadi,” tutup Romiansyah. (nkh/ens)

-
SEPUTAR KALTIM5 hari ago
Wisman ke Kaltim Naik 259 Persen, Brunei Mendominasi Kunjungan
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Persiapan HUT ke-80 RI di Kaltim Hampir Rampung, Lokasi Pindah ke Gelora Kadrie Oening
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Kaltim Siaga Krisis Pangan, Pemprov Siapkan 506 Ton Beras Cadangan
-
EKONOMI DAN PARIWISATA3 hari ago
Program 3 Juta Rumah, Komitmen Presiden Prabowo Wujudkan Kemerdekaan Sosial Ekonomi
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Sosialisasi KI hingga Bazar UMKM Warnai Hari Bhakti Pengayoman ke-80 di Kaltim
-
PARIWARA4 hari ago
Modifikasi Fazzio Hybrid Gaya Skutik Urban Cargo Ala Jepang Buktikan Kreativitas Barudak Bandung
-
SAMARINDA3 hari ago
Semangat 1945 Bergema di Harvetnas 2025 Kaltim, Veteran Ajak Generasi Muda Jaga Kehormatan Bangsa
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Pemprov Kaltim Matangkan Persiapan Upacara 17 Agustus Lewat Gladi di Stadion Kadrie Oening