GAYA HIDUP
Bagi Masyarakat Bugis Samarinda Seberang, Buras Wajib Ada di Hidangan Lebaran Iduladha

Saat Lebaran Iduladha, masyarakat Bugis di Samarinda Seberang akan mengolah berbagai menu. Baik yang berbahan dasar daging, ayam, hingga ikan. Tapi ada satu yang wajib ada, yakni buras.
Siapa yang tidak kenal dengan makanan buras? Sajian khas Sulawesi Selatan yang berasal dari beras. Dibungkus dengan daun pisang dan direbus hingga menjadi padat. Biasanya berbentuk pipih.
Berbeda dengan lontong dan ketupat yang tak memiliki rasa, buras memiliki paduan rasa asin dan gurih. Dimakan langsung enak, berdampingan dengan lauk pauk dan kuah santan lebih sedap.
Buras ini biasa disajikan dengan menggunakan parutan kelapa dan gula. Atau kerap juga menjadi pendamping makanan berkuah seperti kari, sup konro, coto Makassar atau menjadi makanan pendamping bakso.
Meski sudah biasa disajikan pada makanan sehari-hari, buras sendiri tidak pernah ketinggalan ketika momen hari raya keagamaan. Tak hanya pada Lebaran Idulfitri, pada Lebaran Iduladha pun juga.
Buras dalam Kebudayaan Warga Bugis Samarinda Seberang
Saking populernya, buras tidak cuma disajikan di Sulawesi Selatan. Tetapi sudah tersebar kepada masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Terutama suku Bugis di Samarinda Seberang.
Misalnya pada semarak Iduladha 2024 kali ini. Sejumlah warga Bugis di kawasan Kelurahan Masjid tampak sibuk membuat buras sejak beberapa hari sebelum Iduladha tiba. Sebagai menu saat hari lebaran.
Cara masaknya pun masih sesuai tradisi. Pertama dimulai dengan menjemur daun pisang di bawah terik sinar matahari pagi. Untuk membuat buras. Dibiarkan hingga kering setelah dicuci bersih.
Seorang warga Gang Makassar Kelurahan Gang Masjid, Samarinda Seberang Ernawati (45) menyebut proses menjemur ini perlu waktu sekitar 2-3 hari, tergantung pada cuaca.
“Daun pisang yang sudah kering kemudian akan dicuci dan dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan,” jelasnya Minggu 17 Juni 2024.
“Biasanya daun ini dijemur jauh-jauh hari sebelum lebaran. Supaya kering,” tambahnya.
Ernawati bilang, kemudian mencuci beras sebelum dimasak. Juga mempersiapkan santan yang dimasak dengan api kecil hingga mendidih dan mengeluarkan aroma khas. Lalu memasukkan beras ke santan. Tambah garam, lalu aduk hingga mengering.
Lalu adonan yang sudah siap itu diletakkan ke daun pisang yang sudah kering. Kemudian dilipat dan diikat dengan tali rafia. Selanjutnya dikukus selama sekitar 3 sampai 4 jam. Biasanya kalangan ibu-ibu memasak bersama.
“Ini wajib, kalau buras ndak ada, rasanya nggak lebaran.”
Selain melestarikan tradisi, kegiatan masak buras bagi warga Bugis di Samarinda Seberang ini juga jadi ajang berkumpul dan mempererat persaudaraan antar-tetangga. (ens/dra)

-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Wisman ke Kaltim Naik 259 Persen, Brunei Mendominasi Kunjungan
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Persiapan HUT ke-80 RI di Kaltim Hampir Rampung, Lokasi Pindah ke Gelora Kadrie Oening
-
EKONOMI DAN PARIWISATA2 hari ago
Program 3 Juta Rumah, Komitmen Presiden Prabowo Wujudkan Kemerdekaan Sosial Ekonomi
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Kaltim Siaga Krisis Pangan, Pemprov Siapkan 506 Ton Beras Cadangan
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Sosialisasi KI hingga Bazar UMKM Warnai Hari Bhakti Pengayoman ke-80 di Kaltim
-
PARIWARA3 hari ago
Modifikasi Fazzio Hybrid Gaya Skutik Urban Cargo Ala Jepang Buktikan Kreativitas Barudak Bandung
-
SAMARINDA2 hari ago
Semangat 1945 Bergema di Harvetnas 2025 Kaltim, Veteran Ajak Generasi Muda Jaga Kehormatan Bangsa
-
SEPUTAR KALTIM2 hari ago
Pemprov Kaltim Matangkan Persiapan Upacara 17 Agustus Lewat Gladi di Stadion Kadrie Oening