NUSANTARA
Gaduh Status SARA Rektor ITK Soal ‘Manusia Gurun’ Berujung Pelaporan

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko mendadak viral dijagat maya karena status di akun media sosialnya. Ia diduga melakukan pelecehan verbal dan menyinggung SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) terhadap peserta beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Budi Santosa mengunggah sebuah pernyataan melalui Facebook pada Rabu (27/4). Ujaran kebencian dan SARA diduga tercantum dalam pernyataan itu karena menyinggung umat muslim yang memakai jilbab. Berikut tulisannya yang kontroversi tersebut:
Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3,5. Bahkan beberapa 3,8 dan 3,9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8,5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi; apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: inshaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan, dari 16 yang saya wawancara, hanya ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita karya teknologi.
ITK Buka Suara


Institut Teknologi Kalimantan (ITK) angkat bicara soal isu SARA yang menimpa rektornya, Budi Santosa Purwakartiko. Mereka menyebut tulisan Budi yang menyinggung hijab peserta beasiswa LPDP merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungan dengan ITK.
“Dengan ini, kami informasikan bahwa, tulisan Prof. Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK,” kata ITK dalam keterengan rilisnya, Sabtu (30/4/2022).
“Oleh karena itu, mohon pemberitaan dan komentar lebih lanjut baik oleh media maupun para netizen tidak mengaitkan dengan institusi ITK, dan awak media atau para netizen dpt langsung berkomunikasi dengan beliau,” tambahnya.
Disebut Kerap Lontarkan Sentimen Negatif Soal Jilbab dan Umat Islam


Rektor ITK itu dituding pernah mengeluarkan pernyataan serupa sebelumnya. Ia disebut beberapa kali melempar sentimen negatif seputar jilbab dan keyakinan umat islam.
Pada 2019, ia dituding pernah membuat kegaduhan dengan menyerang seorang mahasiswi yang tidak mau bersentuhan saat bersalaman dengan narasi yang melecehkan.
Atas statusnya kali ini, Budi dilaporkan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto. Pernyataan itu diungkapkan oleh Irvan Noviandana dalam surat terbuka yang dirilis pada Sabtu (30/4).
“Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta Program Dikti sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya mengatakan kalimat yang bernuansa SARA bahwa ’12 mahasiswi yang diwawancarai tidak ada satupun yang menutup kepala ala manusia gurun sehingga otaknya benar-benar open minded,'” tulis pernyataan tersebut.
“Kami sebagai umat islam sangat tersinggung dengan perkataan yang disampaikan secara terbuka oleh Pewawancara LPDP karena merendahkan syariat agama kami yang mewajibkan para wanita untuk menutup kepala (berhijab) sebagai bentuk kepatuhan dalam agama,” lanjutnya.
Irvan Novianda selaku penulis surat terbuka lalu meminta Menkeu dan Dirut LPDP untuk menindak tegas masalah tersebut. Ia juga menuntut Menkeu dan Dirut LPDP untuk memberi pernyataan resmi terkait kegaduhan yang disebabkan oleh Budi Santosa selaku pewawancara LPDP. Tak lupa, Irvan mengajak masyarakat yang pernah mengalami hal serupa dari Budi Santosa untuk melapor ke situs pelaporan yang disediakan Kementerian Keuangan. (redaksi)


-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Adnan Faridhan Usulkan Sistem Satgas SPMB Jadi Protokol Standar di Seluruh OPD Samarinda
-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kemenag Kaltim Gelar Media Gathering, Fokus pada Kerukunan dan Penguatan Pesantren
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kerukunan Beragama di Kaltim Dinilai Sangat Baik, Masyarakat Hidup Tenang Tanpa Kerusuhan
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Wagub Kaltim Logowo Tunjangan Operasional Dipangkas: “Memang Saya yang Minta”
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kaltim Baru Miliki 38 Madrasah Negeri, Proses Penegerian Terkendala Anggaran dan Regulasi Pusat
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Siap Bangun Sekolah Rakyat Tahun Ini, Daerah Lain Masih Terkendala Lahan