SEPUTAR KALTIM
Hadapi Lonjakan Kasus TBC RO, Dinkes Kaltim Tingkatkan Kapasitas Tim Medis di 35 Rumah Sakit
Provinsi Kaltim dilaporkan menghadapi lonjakan kasus TBC RO. Dinkes Kaltim pun mulai meningkatkan kapasitas tim medis di 35 Rumah Sakit.
Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) menjadi ancaman kesehatan yang semakin serius di Kalimantan Timur (Kaltim).
Lonjakan kasus yang tercatat oleh Dinas Kesehatan Provinsi menunjukkan peningkatan dari 114 kasus di tahun 2023 menjadi 120 kasus hingga November 2024.
Kondisi ini menuntut langkah strategis dan komprehensif untuk mengendalikan penyebaran TBC RO dan meningkatkan angka kesembuhan pasien.
Menjawab tantangan tersebut, Dinas Kesehatan Kaltim menggelar lokakarya peningkatan kapasitas bagi tim TBC RO di 35 rumah sakit rujukan di seluruh provinsi.
Lokakarya yang berlangsung selama tiga hari, mulai 19 hingga 21 November 2024, ini menjadi wadah bagi para tenaga kesehatan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan dalam tata laksana pengobatan TBC RO.
“Peningkatan jumlah kasus TBC RO menjadi perhatian serius bagi kami,” ungkap Ivan Hariyadi, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) mewakili Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin pada pembukaan lokakarya.
Resistensi obat terhadap TBC menjadi tantangan tersendiri, dan pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan TBC RO di seluruh fasilitas kesehatan.
Lokakarya ini dihadiri oleh para ahli di bidangnya, termasuk Mufidatun Hasanah dan Yanti Evi Arlini Gultom, tenaga ahli klinis dari RSUD Kanudjoso Djatiwibowo dan RSUD Abdoel Wahab Sjahrani.
Materi yang dibahas mencakup berbagai aspek penting dalam penanganan TBC RO. Para peserta dibekali pengetahuan terkini mengenai protokol pengobatan TBC RO yang sesuai dengan pedoman nasional dan internasional.
Lokakarya ini menekankan pentingnya pemantauan yang ketat terhadap respon pasien terhadap pengobatan, sehingga dapat dilakukan penyesuaian terapi jika diperlukan.
Peserta diberi pemahaman mengenai potensi efek samping obat TBC RO dan cara menanganinya secara efektif untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TBC di tingkat fasyankes juga dibahas untuk mencegah penularan infeksi di lingkungan rumah sakit.
Ivan Hariyadi menegaskan bahwa lokakarya ini merupakan salah satu upaya Dinkes Kaltim dalam meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TBC RO.
“Kami menargetkan angka keberhasilan pengobatan mencapai lebih dari 70 persen pada tahun 2025,” ujarnya.
Target ini sejalan dengan tujuan nasional untuk mencapai eliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030.
Selain meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, Dinkes Kaltim juga terus berupaya meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan TBC RO yang berkualitas.
Upaya ini meliputi peningkatan jumlah fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan TBC RO, penyediaan obat anti tuberkulosis (OAT) yang cukup dan berkualitas, serta peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini dan pengobatan TBC RO.
Dengan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan Kalimantan Timur dapat memenangkan perjuangan melawan TBC RO dan mewujudkan masyarakat yang sehat dan bebas TBC. (di/am)
-
POLITIK5 hari yang lalu
RESMI: Rudy-Seno Dinyatakan sebagai Pemenang Pilgub Kaltim dengan Raihan 55,7 Persen Suara
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Permudah Akses ke Sekolah, Pemprov Kaltim Berikan Bus ke SMK Pariwisata dan SMA di Pelosok
-
POLITIK5 hari yang lalu
DPRD Kaltim Sampaikan Hasil Reses, Minta Pemprov Akomodir Aspirasi Rakyat
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Aksi Hari Anti Korupsi di Depan Kantor Gubernur Kaltim: KPK Tak Berfungsi, Tambang Ilegal Jadi Sarang Korupsi!
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
UMP Kaltim Tahun 2025 Naik 6,5 Persen Jadi Rp3,57 Juta
-
NUSANTARA11 jam yang lalu
Sekda Provinsi se-Indonesia Sepakat akan Poskan Anggaran Gaji untuk Pegawai Non ASN sampai Diangkat Jadi PPPK Tahun Depan
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SLB Samarinda, Sekda Sri Temukan Sejumlah Catatan Menarik
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
Setelah Dikaji, Transportasi Kereta Api di Samarinda Belum Memungkinkan Diterapkan dalam Waktu Dekat