Connect with us

SAMARINDA

Investigasi Saja Tak Cukup, Ketua DPRD Kaltim: Jembatan Mahakam Belum Aman!

Diterbitkan

pada

Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas'ud. (Nisa/Kaltim Faktual)

Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud menyebut investigasi Jembatan Mahakam sebelumnya masih belum cukup. Keamanan jembatan masih terancam selama fender alias pelindung belum dipasang seperti semula.

Beberapa hari lalu Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim dan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) telah melakukan investigasi terhadap kondisi keamanan pilar Jembatan Mahakam I.

Investigasi itu buntut dari insiden tongkang bermuatan kayu yang telah menabrak pilar Jembatan Mahakam pada 16 Februari 2025 lalu. Hasilnya, kondisi pilar masih aman dan masyarakat masih bisa melintasi jembatan.

Insiden kapal tongkang yang menabrak pilar Jembatan Mahakam I pada 16 Februari 2025 lalu telah diketahui seantero Kota Samarinda. Bahkan kabar insiden itu sampai viral di media sosial. Tongkang itu ditarik Tugboat (TB) MTS 28 dari Muara Kaman membawa muatan kayu.

Beberapa hari pasca tabrakan tersebut, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim dan Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) lalu melakukan investigasi secara teknis untuk menelisik kekuatan jembatan yang cukup tua itu.

Baca juga:   Buntut Dugaan Kenaikan Tarif Parkir Citra Niaga, DPRD Samarinda Akan Lakukan Investigasi

Hasilnya, Jembatan Mahakam itu dinyatakan masih aman beroperasi. Namun tabrakan itu turut menghilangkan fender alias pelindung pilar jembatan yang sangat vital. Jembatan berusia 39 tahun itu kini tidak terlindungi keamanan sesuai standar.

Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud mencatat sejak awal dibangun, jembatan lama tersebut sudah ditabrak sampai 22 kali. Selama ini masih aman karena dilindungi oleh fender. Sementara pada insiden terakhir, sampai menghilangkan fender jembatan.

“Ini merupakan kelalaian sehingga terjadi accident. Kenapa kelalaian, karena penabrakan jembatan ini sejak 2019 sampai sekarang sudah 22 kali kok berulang-ulang dengan kejadian yang sama,” katanya belum lama ini.

“Dan ini kecelakaan, bisa hukuman di atas 5 tahun, penggantian kerugian bisa sampai Rp300 miliar. Ini menjadi perhatian kita karena menyangkut nyawa manusia,” tambahnya.

Baca juga:   Bukber dengan Menu Nusantara dan View Sungai di Mahakam Lampion Garden Samarinda

Pria yang akrab disapa Hamas itu khawatir, jika tak ada fender yang melindungi, dan terjadi tabrakan lagi, akan langsung menabrak pilar jembatan. Maka semakin membahayakan kondisi jembatan dan keselamatan banyak orang.

Mengingat Jembatan Kutai Kartanegara di Kaltim sudah pernah runtuh. Hamas tak ingin nasib jembatan yang menghubungkan antara Samarinda Seberang dan Kota Samarinda itu seperti Jembatan Kutai Kartanegara yang memerlukan waktu lama untuk perbaikan.

Banyak Pelanggaran Dibiarkan, Siapa Tanggung Jawab?

Selain itu, menurut Hamas, kejadian terakhir bukan hanya tabrakan biasa. Perjalanan tongkang didapati di luar jam pengolongan, dan terjadi muatan. Sehingga itu merupakan kelalaian yang harus dipertanggungjawabkan.

“Ada jam pengolongan saat kapal isi dan waktu saat kapal kosong. Ini one men one kapal sendiri, jadi di luar jam pandu, accident. Nah siapa yang bertanggungjawab?”

“Kedua, kondisi air pasang, dan tinggi ponton berada di atas daripada normal sehingga menabrak, kedua dia over draf, kita lihat di tongkang itu ada lambung timbul itu tenggelam. Berarti over draf kenapa dibiarkan lewat siapa yang bertanggungjawab?”

Baca juga:   Tangani Inflasi di Kaltim, Ekonom Dorong Pemprov Bereskan Aksesibilitas dan Rajin Sidak

Hamas menyebut KSOP sebagai regulator dan Pelindo sebagai operator, mestinya bertanggungjawab. Terlebih investigasi yang sudah dilakukan kemarin, terbilang sangat singkat dan belum bisa menjamin keamanan jembatan sepenuhnya.

“Padahal menurut balai investigasi minimal 2 bulan. Kalau ada accident siapa yang bertanggungjawab? Kemarin satu hari saja ditutup udah macet, apalagi kalau runtuh.”

Untuk itu, Hamas menyebut rekomendasi penutupan arus lalu lintas Sungai Mahakam jadi win-win solution. Ia ingin fender dibangun lebih dulu, baru arus lalu lintas di bawah jembatan boleh dibuka kembali.

“Karna bagaimana kalau ada accident dan menabrak tiang jembatan, untung kalau tidak roboh, kalau bengkok saja pun siapa yang dirugikan, seluruh masyarakat nanti,” pungkasnya. (ens/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.