Connect with us

SAMARINDA

Malam Puisi Samarinda, Rayakan Puisi dengan Slogan; Datang, Dengar, dan Bacakan

Diterbitkan

pada

Penampilan peserta di panggung Malam Puisi Samarinda. (Nisa/Kaltim Faktual)

Sempat vakum akibat Covid-19 dan menghilang beberapa waktu, panggung Malam Puisi Samarinda akhirnya digelar lagi. Penikmat atau pegiat sastra kembali merayakan puisi lewat datang, dengar, dan bacakan.

Meski tak banyak, karya sastra punya pasar dan penikmatnya sendiri. Baik itu cerpen, pertunjukan teater, hingga puisi. Sebagian orang menjadikannya hobi, atau media untuk menumpahkan pikiran dan ekspresi.

Begitu pula di Kota Samarinda. Meski belum punya pasar yang besar seperti halnya musik. Namun komunitas sastra masih cukup banyak ditemui. Mulai dari komunitas baca, menulis, atau ruang diskusi literasi.

Salah satunya Malam Puisi. Komunitas sastra yang sempat populer sejak lama, namun juga mengalami pasang surut. Kini Malam Puisi Samarinda mencoba untuk kembali eksis di tengah para penikmat puisi dan sastra.

Dengan menggelar event perdananya pada Sabtu, 29 Juni ini. Panggung pertama setelah vakum lama akibat Covid-19 membawa tema Hilang, sebagai bentuk ‘muhasabah’ karena memang sudah lama menghilang.

Agenda pertama yang sederhana, namun begitu intim. Digelar di rooftop Kedai Satujuan lantai 4 Jl Panjaitan. Dihadiri puluhan penikmat puisi. Baik yang hanya suka puisi, suka baca, atau bahkan menuliskan puisi.

Pengurus Malam Puisi Samarinda Muhammad Ryzkhal mengaku agenda perdana ini sudah lebih dari cukup. Tentu ada beberapa evaluasi, ia berharap event berikutnya bisa lebih semarak.

Di malam itu, para penikmat puisi yang datang, secara bergantian membacakan puisi dengan aneka ragam performance atau atraksi panggung. Ada yang membacakan puisi yang ditulis sendiri atau yang sudah populer.

Baca juga:   Soal Wajib Parkir Non Tunai di Mal, DPRD Samarinda Minta Dishub Lakukan Ini ke Masyarakat

Malam dibuka dengan penampilan puisi diiringi melodi gitar. Lalu berbagai judul puisi dibacakan di panggung. Ada pula yang membacakan puisi, diiringi penampilan teater, ataupun musikalisasi. Suasana malam yang cerah ikut mewarnai sajak-sajak itu dibacakan. Lalu ditutup dengan penampilan musik.

“Kalau kekurangan tentu banyak, karena ini event pertama. Tapi di luar ekspektasi, ini lebih dari cukup. Venue dibuat sedemikian rupa, suport, dan ramai. Melebihi ekspektasi,” jelasnya kepada Kaltim Faktual Sabtu malam.

Eksis Sejak 2013

Diketahui, Malam Puisi sendiri sebetulnya merupakan komunitas yang sudah hadir di banyak kota sejak 2012. Sementara di Kota Samarinda mulai tahun 2013. Dan telah melalui perjalanan panjang.

Hingga generasi teranyar, pada tahun 2019 yang dikelola oleh sekelompok mahasiswa dari Universitas Mulawarman (Unmul) dan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT). Kini berjumlah 7 orang.

Namun, selama bertahun-tahun, panggung Malam Puisi digelar secara fleksibel dan tidak menentu. Sehingga kata Ryzkhal, pada generasi di 2019, mulai dibenahi. Dengan adanya jadwal dan struktur yang jelas.

Kegiatan Malam Puisi kemudian berjalan dengan rutin selama satu bulan sekali. Selama beberapa bulan berjalan, para penikmat puisi datang, dengar dan bacakan puisi di panggung. Antusiasmenya cukup besar.

“Awalnya mau sebulan 2 kali. Tapi dirasa terlalu cepat. Kami ingin ada unsur rindunya. Sehingga audiens ada rasa nggak boleh ketinggalan.”

Baca juga:   Warga S. Parman Gang 2 Keluhkan Jalan Rusak: Sudah 2 Tahun Pascaproyek Penurapan SKM Belum Juga Ada Perbaikan

Sampai kemudian Pandemi Covid-19 melanda. Malam Puisi mau tak mau menunda pertemuan rutin pada tahun 2020. Sempat berganti metode dengan membuat video baca puisi, lalu diunggah. Namun pertemuan tetap tak tergantikan.

Malam Puisi sempat menggelar pertemuan di tengah pandemi. Namun peminatnya kurang. Hingga saat itu, belum ada kelanjutan. Bahkan setelah pandemi mereda. Sampai kemudian hidup kembali di tahun 2024 ini.

“Kami merangkul lagi teman-teman yang suka literasi, sastra, dan puisi, untuk ikut jadi bagian ini karena kita tau di Samarinda belum seksi di masyarakat. Jadi harapannya kita bisa mengenalin puisi ke masyarakat luas,” ujar Ryzkhal.

Selain karena pandemi, Malam Puisi juga masih vakum karena para pengurusnya yang mulai sibuk masing-masing. Kebanyakan mahasiswa semester akhir. Sehingga belum ada aksi menggelar panggung lagi.

Momen kembalinya Malam Puisi, diawali dengan keresahan para pengurusnya. Karena kegemarannya terhadap puisi tak pernah luntur. Namun tak punya wadah untuk menuangkannya. Mereka yang awalnya sibuk masing-masing, kemudian nongkrong lagi.

“Kita sempat hilang, karena ketertarikan terhadap puisi sudah memudar. Karena sudah sibuk masing-masing. Ketertarikan kurang. Namun keresahannya ada, nulisnya kurang.”

“Akhirnya kita ketemu lagi di satu meja. Nongkrong lagi. Setelah sekian lama, dan sadar udah lama nggak nulis, dan nggak bikin puisi, akhirnya coba lagi,” kisah Ryzkhal di Kedai Satujuan.

Hadir Sebulan Sekali

Ryzkhal berharap, setelah malam perdana ini, Malam Puisi tidak hilang lagi. Bisa konsisten dan berlanjut, bahkan dengan generasi yang baru lagi. Agar puisi terus eksis. Setidaknya di kalangan penikmatnya.

Baca juga:   Jadi Titik Kemacetan Baru, Simpang 3 Planet Swalayan Dibatasi Barier

Setelah hidup kembali, Ryzkhal berencana melanjutkan apa yang sudah dibangun pada 2019. Menggelar Malam Puisi sebulan sekali. Dengan harapan semakin banyak yang tertarik dan menikmati puisi.

Menurut Ryzkhal, Malam Puisi jadi wadah yang tepat. Untuk merawat ketertarikan terhadap puisi. Dengan berkumpul bersama dengan para penyuka puisi yang lainnya. Dalam artian, satu hobi.

“Kami juga buka regenerasi, jadi buat yang mau bergabung menjadi bagian dari pengurus malam puisi bisa DM di Instagram Malam Puisi.”

Meski wadah yang cocok bagi para penikmat sastra. Namun Ryzkhal turut terbuka kepada siapapun yang tertarik atau penasaran dengan puisi. Tak harus jago baca puisi atau menulis puisi. Mendengar pun sudah cukup. Datang, Dengar, dan Bacakan menjadi slogan Malam Puisi.

“Datang saja sudah kami apresiasi. Dan jika sudah membacakan puisi, kami berterima kasih sekali. Buat yang belum, boleh datang, manatau suka,” kata Ryzkhal lagi.

“Karena ruang seperti ini belum sepenuhnya diterima oleh pasar. Pengennya puisi itu jadi suatu hal yang dipandang.”

“Di malam puisi bisa membacakannya lewat beraneka ragam pementasan. Bebas. Bentuk perform bisa dengan musik, teater, visual apapun, yang datang diharapkan suka dan balik lagi,” pungkasnya. (nis/gdc)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.