GAYA HIDUP
Mengenal Lebih Dekat Komunitas Teman Baca Samarinda; Tunas Kemuning di Belantara Sosial Media
Komunitas Teman Baca Samarinda bukan sekadar kumpulan orang-orang yang suka membaca. Mereka sesekali berkumpul, menceritakan hasil baca, membedahnya bersama. Berliterasi dengan happy.
Di tengah hiruk pikuk aktivitas di Islamic Center Samarinda. Pada Minggu, 17 Desember 2023 lalu. Sekelompok anak muda terlihat sedang berkumpul. Mereka saling bercengkrama, tertawa, dan berbagi cerita tentang buku-buku yang mereka baca.
Teman Baca Samarinda (TBS), begitulah nama kelompok tersebut. Mereka merupakan sekelompok anak muda yang memiliki hobi membaca buku. Mereka berkumpul dalam rangka gathering rutin.
Ketua TBS, Ana menceritakan sedikit. Awal mula membangun komunitas ini, karena ia merasa jenuh dengan pekerjaannya. Dan menginginkan tempat untuk aktualisasi diri dengan bertemu dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama dengannya.
Namun membangun TBS bukanlah rencana awalnya. Karena beberapa tahun silam, di Samarinda sudah berdiri komunitas serupa, dengan nama Komunitas Membaca Samarinda (Kombaca).
“Awalnya saya mencari komunitas membaca di Samarinda (Kombaca), tapi ternyata sudah tidak aktif. Akhirnya saya memutuskan untuk mengaktifkan kembali komunitas ini,” ceritanya.
Pendirian kembali komunitas yang namanya sedikit diubah ini tidaklah mudah. Ana mengatakan pencarian anggota komunitas ini. Awalnya dengan mengumpulkan orang-orang yang ia temui di media sosial dan mengundang orang-orang yang tertarik untuk bergabung.
Pertemuan pertama komunitas ini diadakan pada bulan Agustus 2023. Saat itu, hanya ada empat orang yang hadir. Namun, Ana tidak berkecil hati. Ia terus mengumpulkan orang-orang, dan akhirnya komunitas ini berkembang menjadi lebih besar.
Ana mengatakan dirinya ingin menjadikan TBS sebagai wadah baca yang nyaman dan menyenangkan. Ia berharap komunitas ini dapat menjadi wadah bagi masyarakat Samarinda untuk mencintai aktivitas membaca.
“Kami ingin siapa saja bisa bergabung, tanpa harus khawatir dengan kemampuan membacanya,” simpulnya.
Tunas Kemuning
Dulu, kegiatan membaca buku adalah hal yang prestisius. Peminatnya juga banyak. Namun seiring kemajuan teknologi, pergeseran peradaban pun terjadi. Anak-anak muda kini lebih suka mengoptimalkan telepon genggamnya. Menjamah semua informasi yang tersedia di dunia maya.
Sayangnya, berbagai kemudahan yang dihadirkan internet dan media sosial. Membuat orang lebih menyukai hal-hal praktis. Membaca bukan termasuk di antaranya. Karenanya, kemudahan mendapat informasi tidak selaras dengan peningkatan literasi bangsa.
Anggota TBS, Laras Febriani mengungkapkan, komunitas ini hadir untuk mengakomodir anak muda meningkatkan literasinya. Itu kenapa kegiatan di komunitas ini tidak sekadar membaca saja. Namun ada nongkrongnya, saling bercerita hasil bacanya, sesekali membedah topik ataupun teknik menulisnya.
“Kami melihat bahwa literasi di kalangan anak muda sekarang ini sudah mulai kurang. Oleh karena itu, kami ingin mendorong kembali minat baca di kalangan anak muda,” ungkap Laras.
Komunitas Baca Samarinda memiliki anggota sekitar 20 sampai 30 orang dari berbagai kalangan usia. Mulai dari 16 tahun hingga 30 tahun. Kegiatan pertemuan komunitas ini biasanya dilaksanakan dua minggu sekali di Islamic Center Samarinda.
“Kami biasanya mulai dari habis Zuhur, biasanya jam 2 sampai selesai, rata-rata sampai jam 6 sore.”
“Buku-buku yang kami review di sini bebas mulai dari novel, buku pelajaran, buku historikal, asas improvement, komik semua buku boleh di-review boleh dibawa di sini. Penting tidak mengandung hal-hal yang bertentangan aja seperti ada saran misalnya atau menyinggung pihak lain atau kelompok lain,” ujarnya.
Aksi-aksi kecil ini ibarat tunas pohon kemuning. Pohon yang disimbolkan sebagai pohon kecerdasan. TBS ialah tunas kemuning, yang mencoba tumbuh di belantara sosial media.
Tempat ‘Nongkrong’ yang Ramah Dompet
Teman Baca Samarinda juga terbuka untuk semua kalangan, tanpa memandang latar belakang pendidikan atau pekerjaan.
“Kami ingin mengajak semua kalangan masyarakat untuk kembali membaca buku,” kata Laras.
Kendala utama yang sering dihadapi TBS yakni tempat. Mereka belum memiliki tempat sendiri yang memadai untuk melakukan pertemuan membaca ini.
Sehingga, mereka harus menggunakan Islamic Center Samarinda sebagai wadah pertemuan.
“Memilih Islamic karena teduh dari hujan dan aman. Terus kita enggak semuanya udah bekerja. Ada yang mahasiswa bahkan ada yang sekolah juga. Jadi kayak ketika kita di cafe sih waswas harganya. Di sini juga tempatnya gratis,” jelasnya.
Laras berharap komunitas ini bisa berumur panjang. Dan tidak sekadar eksis, tapi juga memberi manfaat bagi orang banyak.
“Kami ingin menjadi komunitas yang bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” pungkasnya. (dmy/dra)
-
OLAHRAGA5 hari yang lalu
Ironi Borneo FC; Memainkan Laga Terbaiknya Musim ini, tapi Tak Mampu Cetak Gol ke Gawang Persita
-
OLAHRAGA3 hari yang lalu
Membandingkan Kiprah Leo Gaucho dan Pato di Musim Perdana Bersama Borneo FC
-
SAMARINDA2 hari yang lalu
KPK Pelototi 10 Proyek Milik Pemkot Samarinda, dari Terowongan hingga Pasar Pagi
-
SAMARINDA5 hari yang lalu
Penutup Jalan di Kapsulan Juanda Samarinda Bakal Dibuka Besok, 2 SPBU Dilarang Jual Pertalite untuk Roda 4
-
POLITIK4 hari yang lalu
Meski Pilkada Samarinda hanya Ada 1 Calon, KPU Tetap Adakan Debat Kandidat
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Setelah Seleksi Seribu Pendaftar, Ini 5 UMKM yang Mengisi 4 Tenant Teras Samarinda
-
VIRAL4 hari yang lalu
Mati Terdampar di Pantai Teritip Balikpapan, Tim Gabungan Potong dan Bakar Bagian Bangkai Paus Sperma
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Belum Sempat Buka Barrier di Kapsulan Juanda, Dishub Samarinda Keduluan Oknum Tak Dikenal