EKONOMI DAN PARIWISATA
Paket Bundling Wisata Bisa Jadi Alternatif Meningkatkan Pariwisata Balikpapan

Kota Balikpapan punya banyak tempat wisata. Tapi masih banyak pula yang belum terekspose. Penerapan paket wisata bisa jadi alternatif untuk meningkatkan pariwisata di Kota Minyak.
Kini Kota Beriman semakin memiliki beragam jenis wisata yang bisa dinikmati. Wisatawan pun jadi punya banyak pilihan. Mulai dari wisata kuliner, wisata belanja di mal, wisata pantai, atau wisata alam berbasis hutan.
Meski begitu. Akademisi pariwisata Poltekba Balikpapan Febby Syarif melihat kalau setiap jenis wisata punya pasarnya masing-masing. Sehingga enggak perlu takut untuk bersaing.
Namun keberagaman itu yang menurut Febby perlu diakomodir. Misalnya dengan menyediakan paket bundling pariwisata.
Sebab di Kota Minyak sendiri masih sulit untuk bisa menemukan paket wisata. Bahkan cenderung tidak ada. Sehingga wisatawan dari kuar daerah kerap kebingungan, tempat mana saja yang worth it dikunjungi di Balikpapan.
“Kayak kemarin saya ada wawancara di KWPLH dan orang Jakarta datang. Dia bilang ‘susah loh Mas nyari paketan (wisata) di Balikpapan ini ke mana-mana aja. Enggak ada yang jual paket wisata. Kalau di Bali gampang’ gitu,” jelas Febby belum lama ini.
“Makanya kadang-kadang yang bawa guide orang itu ya driver-nya grab, driver-nya gocar,” tambahnya.
Paket Wisata Jalur Kemitraan
Menurut Febby, paket wisata itu mesti diadakan di Balikpapan. Pemerintah bisa mulai menginisiasi, bisa kerja sama dengan akademisi. Lalu bekerja sama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), sampai masyarakat lokal.
Paket wisata itu, selain memudahkan para wisatawan dari luar daerah untuk menyusuri Balikpapan. Juga kemudian bisa menyentuh seluruh jenis wisata. Sekaligus agar kualitas yang ditawarkan di setiap tempat tetap terjaga.
“Misal day one Balikpapan Timur. Kita ke Lamaru, habis Lamaru menikmati makan siang di mana misalnya tempat seafood. Setelah itu misal ke Pringgondani gitu kan enjoy setelah itu pulang.”
“Day two kita ke Balikpapan utara, ke Sungai Wain naik kapal, setelah itu makan siangnya di wisata bambu, lalu naik kapal menuju ke ini baru ke sini. Itu kan bisa,” jelas Febby.
Sangat Mungkin Diterapkan di Balikpapan
Menurut Febby yang membuat Kota Balikpapan sulit untuk menghidupkan sektor wisata. Sebab sektor itu bukan jadi prioritas peningkatan PAD. Karena masih didominasi sektor ekstraktif.
Tapi jika memang ingin diterapkan, kata Febby masih sangat mungkin. Dengan catatan kerja sama tadi. Sebab dengan adanya IKN juga sedikit banyak membuka mata Indonesia bahwa Kaltim ini bukan sekadar hutan. Dan jumlah kunjungan semakin meningkat.
“Jadi orang akan melirik. At least orang enggak pengin cuma foto di Titik 0 tulisan itu ya. Kita ambil peluangnya setidaknya mereka bisa menikmati hal lain ya mungkin tarafnya juga setaraf Jawa misalnya gitu. Bisa ke Balikpapan, Samarinda.”
Menawarkan yang Tidak Ada
Menurut Febby. Kalau wisata di Balikpapan ingin bersaing dengan wisata di Jawa. Memang agak sulit. Sehingga perlu memaksimalkan hal yang unik yang dimiliki.
Misal habitat bekantan atau buaya yang banyak ditemui di Balikpapan. Lokasinya bisa dikemas, tanpa merusak alam. Itu akan jadi hal baru bagi wisatawan luar daerah.
“Kalau kita tawarin taman bermain ya di Jawa lebih bagus ada Jatim Park iya kan. Kita tawarin mal, di sana jauh lebih bagus sampai tersesat di TP,” imbuhnya.
“Tapi kalau kita tawarin nature kita kuatnya di situ. Di mana lagi bisa melihat bekantan kan. Langsung bisa ngelihat buaya seliweran depan mata kita. Kalau kita tawarin yang ada di Jawa ya kalah,” imbuhnya lagi.
Karena kata Febby, prinsip pariwisata itu mencari apa yang tidak ada di daerah asal. Sehingga mesti punya ciri khas dan beda dari yang lain.
Step by Step
Agar sektor wisata di Balikpapan bisa lebih berkembang tanpa menghilangkan khasnya. Febby punya step by step-nya. Menurutnya harus dimulai dari masyarakat sebagai pondasi.
“Masyarakat harus melek dulu. Masyarakat harus melihat potensinya kita tuh besar. Didulangin sama IKN juga masih banget besar. Jadi harus ngejual sesuatu yang mereka (wisatawan) tidak punya di Jawa.”
Setelah itu, Febby mendorong untuk inovasi produk. Apa saja uang bisa ditawarkan. Yang ada di Balikpapan tapi tidak ada di tempat lain. Nah setelah itu barulah upaya pengembang-pengembangan lain yang bisa disesuaikan. (ens/dra)


-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Wagub Kaltim Logowo Tunjangan Operasional Dipangkas: “Memang Saya yang Minta”
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kaltim Baru Miliki 38 Madrasah Negeri, Proses Penegerian Terkendala Anggaran dan Regulasi Pusat
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Samarinda Siap Bangun Sekolah Rakyat Tahun Ini, Daerah Lain Masih Terkendala Lahan
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Respons Cepat Hotline 110, Polresta Samarinda Ungkap Kasus Pelecehan Anak dan Penggelapan
-
BALIKPAPAN1 hari yang lalu
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Satgas PASTI Blokir Ratusan Pinjol dan Investasi Ilegal, Kerugian Masyarakat Capai Rp2,6 Triliun