Connect with us

EKONOMI DAN PARIWISATA

Pengembangan Wisata Hutan Penuh Tantangan, karena Mesti Sajikan Atraksi Tanpa Merusak Alam

Diterbitkan

pada

Ilustrasi: Hutan yang berpotensi jadi tempat wisata di Balikpapan. (Nisa/Kaltim Faktual)

Menurut akademisi pariwisata Poltekba. Untuk mengembangkan wisata alam berbasis hutan. Punya banyak tantangan tersendiri. Selain memikirkan daya tarik. Juga harus menjaga kelestarian alamnya.

Di Kota Balikpapan. Geliat pariwisata terutama berbasis alam menunjukkan tren yang positif. Selain wisata alam pantai. Kota Minyak berusaha untuk memberi alternatif wisata alam lain.

Misalnya saja di Balikpapan bagian utara. Beberapa potensi wisata di sana terus dikembangkan. Bahkan diproyeksikan alan jadi pusat wisata berbasis alam atau nature, dengan daya tarik utama hutan dan aliran sungai.

Seperti Bamboe Wanadesa, wisata hutan bambu yang mulai populer. Kemudian ada wisata Hutan Meranti, lalu yang sudah banyak dikenal ada Kebun Raya Balikpapan, KWPLH, sampai Hutan Lindung Sungai Wain yang juga terus berbenah.

Baca juga:   Kenalkan Durian Lokal ke Mancanegara, Puteri Indonesia Kaltim Apresiasi Festival Durian Kubar

Namun, untuk mengembangkan wisata alam berbasis hutan. Menurut Akademisi Pariwisata Politeknik Balikpapan Febby Syarif. Itu tidaklah mudah. Karena harus tetap memikirkan kondisi alam.

“Tantangannya utamanya itu di atraksi. Bagian dari 4A pariwisata yang menentukan apakah tenpat itu akan dikunjungi orang atau tidak,” jelas Febby belum lama ini.

Komponen dari 4A Pariwisata yang dimaksud, terdiri atas, Attraction (daya Tarik wisata), Amenities (fasilitas), Accessibility (Aksesibilitas) dan Ancillary (kelembagaan).

Sehingga menurut Febby, untuk wisata alam berbasis hutan tantangan terbesarnya adalah menawarkan keunikan. Yang menjadi daya tarik untuk dikunjungi selain suasana hutan tadi.

“Pantai itu sudah dengan berkahnya, memiliki air dan pasir. Ya udah diturunkan sama Tuhan begitu. Ya sudah itu bisa dinikmati dengan cara gampang.”

Baca juga:   Umbut Jua dari Suku Paser Balek, Digadang Jadi Makanan Khas Balikpapan

Semua Senang

Sementara wisata berbasis hutan menurut Febby harus terus dikemas. Karena masuk hutan juga tidak bisa sembarangan. Wisata hutan perlu ada pemandu yang terlatih, kemudian ada jalur tracking yang benar.

Tetapi, kata Febby segala upaya yang dilakukan juga harus jadi win-win solution. Tidak merusak hutan, mensejahterakan warga sekitar, tapi juga menyenangkan wisatawan. Tiga gerakan yang penting dalam wisata.

“Kan kita ngomongin banyak ya. Ngomongin sosial, ekonomi, dan budaya. Kalau ekonominya saja yang naik tapi masyarakatnya enggak, kalau masyarakatnya aja yang kerja tapi ekonominya enggak ikut terangkat juga. Enggak jadi,” lanjut Febby.

“Harus ngurusin alamnya harus ngurusin manusianya harus ngurusin ekonominya baru pariwisata bisa menjadi maksimal,” tambahnya.

Baca juga:   3 Festival Kaltim Tembus KEN 2024, Duta Wisata Harapkan Ini

Karena Febby melihat. Jika alam dieksploitasi secara bebas untuk pariwisata juga tidak berdampak baik. Karena alam jadi penawaran pertama, itu yang harus dijaga.

“Percuma sekarang dieksploitasi hutan. Misalnya buah, ambilin aja sepuasnya gitu. Terus tahun depan enggak buah, enggak ada lagi yang datang.”

Terakhir Febby menyebut pentingnya wisatawan lokal bagi perkembangan pariwisata di sebuah daerah. Karena dengan begitu perputaran uang itu diupayakan terjadi di daerah sendiri.

“Berwisata ke luar daerah tuh boleh. Tapi at least kita punya juga pengunjung dari daerah kita. Kan orang-orang kalau misalnya ke daerah lain kan butuh waktu nggak mungkin setiap hari,” pungkasnya. (ens/dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.