OLAHRAGA
Pieter Akui Beberapa Pemain Borneo FC Terlalu Reaktif pada Provokasi Pemain Persebaya

Pieter Huistra sebenarnya tak ingin melihat aksi tepuk tangan pemain Borneo FC pada kartu merah Paulo Henrique, lepas kendalinya Silverio yang tak biasanya, dan beberapa insiden lain. Namun ia tak bisa mengontrol, karena beberapa pemain Persebaya melancarkan provokasi di lapangan.
Laga antara Borneo FC Samarinda kontra Persebaya, dalam lanjutan Liga 1 pekan ke-28, Kamis malam berjalan dalam tensi tinggi. Sejak menit awal, perselisihan antarpemain sudah terjadi. Kericuhan berlanjut ke bench kedua tim, sampai pada akhirnya menular ke tribun penonton.
Bagi yang biasa menonton langsung pertandingan Borneo FC. Hal-hal semacam ini sangatlah langka. Misalnya, Silverio yang selalu berkepala dingin, mendadak meledak di awal laga. Dia adalah jenderal lini belakang Pesut Etam yang tak mudah terprovokasi lawan. Tapi kali ini berbeda.
Entah apa yang dilakukan dan dikatakan oleh penyerang Persebaya Paulo Henrique, sampai Silverio begitu meledak. Pemain yang sama, kemudian berhasil memancing emosi Diego Michiels dan Nadeo Argawinata. Alih-alih menaklukkan ketiga pemain bertahan itu dengan akselerasi dan gol. Paulo justru lebih sering melakukan gangguan non sepak bola.
Dalam kondisi yang gaduh, ofisial kedua tim ikut bereaksi. Berawal dari sama-sama tidak puas dengan kinerja wasit, sampai ke urusan warna baju.
Taktik Jitu Persebaya, Tekanan untuk Borneo FC
Borneo FC memang ngebet ingin memenangkan laga ini. Karena bertepatan dengan hari ulang tahun klub yang ke-10. Namun keinginan itu tidak mudah. Selain karena lapangan licin akibat hujan. Taktik jitu Persebaya membuat mereka cukup frustasi mencari gol. Belum lagi, Pluim cedera di babak pertama. Membuat Pesut Etam beramain tanpa 3 pemain kuncinya. Sulit.
Di laga ini Persebaya menerapkan permainan ultra defensive. Mereka sangat pasif untuk menyerang. Cenderung membiarkan pemain Borneo FC menguasai bola, asal tidak mengancam pertahanannya.
Dan benar saja, 79 persen penguasaan bola Pesut Etam tak sebanding dengan jumlah peluang yang mereka dapatkan.
Taktik berikutnya adalah permainan psikologis. Beberapa pemain Persebaya tampak seperti sengaja melakukan gangguan non teknis. Untuk memancing emosi lawan, yang ujung-ujungnya, lawan tidak bisa fokus pada pertandingan.
Dari perspektif sepak bola, dua hal itu boleh-boleh saja. Namun jika kadarnya berlebihan, sesuatu yang tak diinginkan kerap terjadi sebagai harga yang harus dibeli.
Perselisihan pemain, ofisial, hingga penonton di tribun. Akan lebih tak terkontrol akibat frekuensi emosi yang terlalu dekat.
Permainan tidak begitu menarik, kebanyakan drama minim gol. Dalam kefrustasian, Persebaya mampu mencuri gol di akhir babak kedua. Menit ke-85. Meski tak ingin, dapat dipahami jika suporter Bajul Ijo melakukan selebrasi. Begitu juga dengan pendukung tuan rumah, mereka frustasi, kaget, dan … “Loh kok suporter tamu chant selebrasi?” Hal-hal salah di luar kendali terjadi.
Begitu juga aksi tepuk tangan Adam Alis, Komang Teguh, dkk pada Paulo Henrique. Itu adalah sikap yang salah, dalam merespons hal salah.
Kata Pieter Huistra
Usai laga, Pieter Huistra mengaku tak suka pemainnya bereaksi terlalu berlebihan. Karena provokasi berlangsung hampir di sepanjang pertandingan.
“Saya bisa mengatakan, tim lawan berusaha untuk menggangu kami, membuat kesulitan dan sedikit menekan di sana sini. Namun, wasit memperbolehkannya (aksi provokasi). Mereka bisa lepas dari (teguran keras) itu.”
“Namun, beberapa pemain kami mungkin memberikan reaksi berlebihan atas hal itu. Di pertandingan seperti ini, lebih baik membiarkannya seperti itu.”
“(Kami) hanya bermain, itu yang kami katakan pada saat half time. Itu mengapa kami melakukan pergantian pemain, terus bermain dan hanya bermain (berusaha mengabaikan provokasi).”
“Dan di akhir hanyalah kamu bermain atau tidak sama sekali. Kami berusaha langsung meneruskannya dengan menambah striker ekstra di dalam dan ini berakhir dengan sangat bagus,” kata Pieter. (dra)


-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Dishub Kaltim Pastikan Operator Ojol Terapkan Tarif Sesuai Pergub 2023, Maxim Siap Patuhi Aturan
-
BALIKPAPAN3 hari ago
Hingga Mei 2025, BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan Bayarkan Rp211 Miliar Klaim JHT
-
SAMARINDA4 hari ago
Samarinda Buka Kuota Tambahan Sekolah Rakyat, Pendaftaran Hanya 2 Hari!
-
SAMARINDA2 hari ago
Kepala SMA 10 Samarinda Diberhentikan Sementara, Pertanyakan Kewenangan Plt Disdikbud
-
NUSANTARA3 hari ago
PMI di Korsel Meninggal Akibat Kecelakaan Kerja, Pemerintah Bawa Pulang Jenazah dan Beri Santunan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
-
SAMARINDA2 hari ago
Guru Senior Terkejut Ditunjuk Jadi Plt Kepala SMAN 10 Samarinda
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Darlis Pattalongi: Ijazah PAUD Bukan Syarat Mutlak Masuk SD di Kaltim
-
SEPUTAR KALTIM3 hari ago
Rusmadi Wongso: Program GratisPol Bukan Sekadar Gratis, Tapi Investasi SDM Masa Depan