Connect with us

SEPUTAR KALTIM

Program Emisi Karbon di Darat Sukses, Pemprov Kaltim Kini Lirik Potensi Blue Carbon di Pesisir

Diterbitkan

pada

pemprov kaltim
Hutan mangrove di pesisir Kaltim turut menyumbang penurunan emisi karbon. (Foto: Lintas Balikpapan)

Pemprov Kaltim mulai melirik potensi blue carbon yang berada di kawasan pesisir. Usai sebelumnya sukses meraup ratusan miliar rupiah dari program penurunan emisi gas rumah kaca.

Per tahun ini, pemprov mulai mendapatkan kucuran dana segar dari Bank Dunia. Yang ‘membeli’ cadangan emisi karbon di area hutan dan perkebunan di Bumi Etam.

Ini adalah hasil dari program ekonomi hijau. Di mana pemprov sejak era Gubernur Awang Faroek Ishak. Telah membuat regulasi ketat untuk mempertahankan Area dengan Nilai Konservasi Tinggi (ANKT).

Konservasi yang termaktub dalam ANKT mencakup aspek keanekaragaman hayati dan sosial budaya.

Dari sisi sosial budaya, pemprov melarang pengusaha membuka perkebunan di area yang terdapat situs peninggalan sejarah. Misal ada kuburan leluhur. Area itu harus dilindungi.

Baca juga:   DKP Kaltim Usulkan 4 Desa Wisata Bahari ke Pusat, yang Lolos Baru Satu

Sementara dari aspek keanekaragaman hayati, areal yang menjadi habitat hewan dan tanaman endemik, sangat dilarang untuk ditebang. Meskipun itu berada di tengah area perkebunan sekalipun.

Dengan dasar ANKT yang telah diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2021. Pemprov bisa menekan angka pelepasan emisi karbon. Dengan cara menjadikan kawasan bernilai konservasi tinggi tetap perawan. Bagian paling menariknya ialah aturan ini berlaku untuk kawasan perkebunan yang telah berizin atau bukan.

Pemprov Kaltim Intip Peluang Blue Carbon

Langkah selanjutnya, pemprov melalui Dinas Kelautan dan Perikanan akan ikut ambil peran. Dalam program penurunan emisi gas rumah kaca. Sesuai tupoksinya, mereka akan bekerja di area pesisir. Meliputi perairan laut, pantai, dan mangrove.

Baca juga:   Penerapan PPPK Part Time di Kaltim Masih Tanda Tanya

Pengelolaan emisi karbon ini, niatan utamanya ialah menjaga ekosistem pesisir. Karena semakin tinggi emisi karbonnya, makin tinggi pula kadar asam di kawasan tersebut. Sehingga berpotensi merusak vegetasi pesisir.

Secara umum, 70 persen wilayah Indonesia adalah kawasan perairan. Jika 20 persennya saja dipakai untuk wilayah konservasi emisi karbon. Manfaatnya akan begitu besar di masa mendatang.

Kaltim sendiri memiliki garis pantai sepanjang  3.893 Kilometer. Menjulang dari Paser, PPU, Balikpapan, Kukar, Kutim, sampai Berau.

Sub Koordinator Jasa Kelautan DPK Kaltim, Vito Yuwono mengatakan potensi konservasi blue carbon di wilayah pesisir Kaltim masih besar.

“Terutama di Berau dan Bontang, serta wilayah lainnya yang masuk pesisir,” ungkapnya baru-baru ini.

Baca juga:   Sukseskan BIAS dengan Gencarkan Imunisasi Bagi Anak SD

Program ini tak sebatas mengelola dan mempertahankan vegetasi di kawasan pesisir saja. Namun juga soal penghitungan konversi emisi karbonnya. Kata Vito, untuk konversi blue carbon di sisi darat sudah dilakukan. Sementara untuk di sisi laut, masih dalam tahap pengembangan.

“Blue carbon daerah darat dihitung berdasarkan ketersediaan mangrove. Kalau di laut itu dihitung dari terumbu karang dan lamun,” terangnya. (dmy/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

ADVERTORIAL DISKOMINFO KALTIM

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.