Connect with us

BERITA

Ronde, Kehangatan Tiongkok Bercampur Selera Lokal Indonesia

Diterbitkan

pada

Ronde. (Foto: instagram/mayasefry)

RONDE adalah makanan tradisional Tiongkok dengan nama asli Tāngyuán. Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni keluarga yang dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan).

Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat Tiongkok biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiao atau Festival Lampion atau Festival Dongzhi atau pada setiap kesempatan diadakan perkumpulan keluarga, misalnya saat pesta pernikahan.

Menurut legenda, pada masa Dinasti Han, terdapat seorang dayang kerajaan bernama Yuanxiao. Dia sangat merindukan kedua orang tuanya tetapi tidak dapat meninggalkan istana, akhirnya ia terus menangis dan ingin bunuh diri.

Seorang menteri yang mengetahui hal tersebut berjanji akan menolongnya. Apa yang perlu dilakukan Yuanxiao adalah membuat Tangyuan sebanyak mungkin (yang merupakan masakan terbaik yang bisa dia buat) sebagai persembahan kepada dewa pada tanggal 15 bulan 1 Imlek.

Yuanxiao berhasil melakukannya dan sang kaisar merasa puas. Yuanxiao diizinkan bertemu kedua orang tuanya. Semenjak saat itu, pada tanggal 15 bulan 1 penanggalan Imlek diadakan Festival Yuanxiao atau Festival Lampion.

Menurut catatan sejarah, tangyuan telah menjadi camilan populer di Tiongkok semenjak Dinasti Sung.

Berbagai nama digunakan untuk merujuk ronde berdasarkan catatan sejarah. Pada masa Kaisar Yongle dari Dinasti Ming, nama yang digunakan adalah yuanxiao (dari Festival Yuanxiao), nama yang digunakan oleh penduduk Tiongkok bagian utara. Nama tersebut secara harafiah berarti “malam pertama”, merujuk pada bulan purnama pertama setelah Tahun Baru Imlek.

Penduduk Tiongkok bagian selatan menyebutnya tangyuan atau tangtuan. Legenda mengatakan bahwa pada masa pemerintahan Yuan Shikai (1912-1916), dia tidak menyukai nama yuanxiao (元宵) karena terdengar seperti (袁消) “menggeser Yuan”, jadi dia memberi perintah untuk mengubah namanya menjadi tangyuan. Nama tersebut memiliki arti “bola bulat dalam sup”.

Menurut dialek Hakka dan Kanton (dua dialek besar di Tiongkok bagian selatan), “tangyuan” diucapkan sebagai tong rhen dan tong jyun. Istilah “tangtuan” (Hakka: tong ton, Kanton: tong tyun) tidak terlalu sering digunakan.

Penduduk Tiongkok utara makan yuanxiao sementara penduduk selatan makan tangyuan. Meskipun bentuknya sama, rasanya dapat sedikit berbeda karena perbedaan selera.

Penduduk selatan menyukai tangyuan yang diberi isi yang manis, antara lain adalah gula, wijen, bunga osmanthus, pasta kacang manis, dan manisan kulit jeruk. Penduduk utara lebih menyukai isi yang asin: daging giling dan sayuran. Selain Yuan Shikai mengganti nama “yuanxiao”, sebagaimana ditulis oleh Yu (2002), sebenarnya yuanxiao dan tangyuan cukup berbeda cara pembuatannya.

Menurut Hao (2009), penduduk utara membuat yuanxiao dengan cara memadatkan isi hingga berbentuk bulat kemudian menggulirkannya di atas keranjang yang diisi tepung ketan, sambil terus memerciki dengan air sampai bentuk bola terbentuk. Sebaliknya, Hao (2009) menyebutkan bahwa penduduk selatan membuat tangyuan dengan cara membuat adonan tepung ketan menjadi bentuk bola dengan isi berada di tengahnya.

Bagi masyarakat Tiongkok di Tiongkok daratan maupun di seberang laut, tangyuan (ronde) selalu dimakan bersama-sama sekeluarga. Bentuk tangyuan yang bulat dan mangkuk yang bundar melambangkan kebersamaan keluarga.

Ronde (dan tangyuan) meskipun awalnya adalah makanan yang dikonsumsi saat festival, sekarang telah menjadi jajanan yang dikonsumsi kapanpun sepanjang tahun. Misalnya, tangyuan secara tradisional berwarna putih, tetapi untuk menarik konsumen, penjual biasanya memberi rasa atau warna yang berbeda, misalnya diberi isi cokelat, kentang tumbuk, atau pasta labu kuning.

Penduduk Tiongkok utara biasanya mencampur wijen, kacang, dan pasta kacang manis untuk isinya. Ukuran tangyuan dari selatan biasanya lebih besar.

Isi manis biasanya sepotong permen gula tebu, Pasta wijen (biji wijen hitam ditumbuk dicampur gula dan lemak) – isi paling umum untuk tangyuan, Pasta kacang merah
Kacang (atau mentega kacang) dirajang (atau ditumbuk) dengan gula.

Tangyuan pertama kali direbus dalam air kemudian disajikan dengan kuah sup. Tangyuan yang diberi isi manis (ronde) disajikan dengan kuah jahe yang diberi sirup. Tangyuan yang tidak diberi isi juga disajikan sebagai makanan penutup berupa sup manis (dikenal di Kanton sebagai tong sui yang secara harafiah berarti air gula). Jenis yang umum antara lain sup kacang merah, sup wijen hitam, jahe dan gula batu, Jiuniang (ketan terfermentasi; 醪糟 atau 酒釀), bunga Osmanthus, dan gula batu.

Ronde di Indonesia merupakan tangyuan yang telah bercampur dengan budaya masing-masing daerah atau selera lokal. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan tangyuan oleh penduduk Tiongkok bagian selatan, diisi kacang manis tumbuk, dan disajikan dengan air jahe.

Istilah Wedang Ronde merujuk pada air jahe panas (wedang adalah bahasa Jawa yang merujuk pada minuman panas) yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti, kolang-kaling, dan sebagainya. Wedang Ronde sudah sangat umum bagi masyarakat Indonesia sehingga banyak yang mengira bahwa asalnya adalah asli dari Indonesia.

Sebagian warga Tiongkok di Indonesia membedakan tangyuan dan yuanxiao sebagai berikut. Tangyuen adalah ronde tanpa isi (disajikan dengan air jahe manis) yang dikonsumsi pada tanggal 22 Desember, sementara yuanxiao adalah ronde dengan isi manis (disajikan dengan kuah tawar) yang dikonsumi pada purnama pertama pada tahun baru Imlek.

Di Pulau Bangka, tangyuan dinamakan “siet yen”, yang dibuat dari ketan atau ubi yang disajikan dengan kuah dari gula aren atau jahe. (ula)

Editor: Ulana

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.