Connect with us

GAYA HIDUP

Sambut Hari Kemerdekaan lewat Gerakan Puan Lestari, Hanna Pertiwi Ajak Perempuan Berdaya Lawan Krisis Iklim

Diterbitkan

pada

Hanna menerangkan gagasan Puan Lestari pada awak media dan komunitas lingkungan, Rabu. (Nisa/Kaltim Faktual)

Dari dampak krisis iklim, perempuan menjadi pihak yang paling berisiko. Untuk itu, di momen menuju peringatan hari kemerdekaan ini, Hanna Pertiwi mengajak perempuan untuk berdaya melawan krisis iklim yang semakin terasa.

Meski kondisinya belum seekstrem daerah lain di Indonesia, Kota Samarinda kini sudah berhadapan dengan perubahan iklim. Mulai dari cuaca yang tidak menentu, suhu panas yang terus meningkat, hingga bencana banjir. Isu ini sebetulnya sudah menjadi perhatian sejak lama, namun intensitas topik ini masih naik turun.

Pembahasan perubahan iklim lebih banyak dibicarakan ketika bertepatan pada hari-hari peringatan lingkungan. Selain itu pemahaman pada isu ini juga masih belum merata, hanya menyentuh kalangan tertentu saja.

Sementara dampaknya sendiri semakin lama kian terasa. Dalam hal ini, perempuan menjadi yang paling sering merasakan kerugian. Karena sebagian besar perempuan berperan sebagai perawat dan penyedia makanan.

Baca juga:   Andi Harun Perkirakan Terowongan Samarinda Molor 2 Bulan

Misalnya saja ketika tengah banjir atau kesulitan air, para perempuan kondisinya lebih rentan. Karena banyak bergerak mengelola makanan dan sanitasi. Dampak lain juga ketika kesulitan mendapatkan akses air bersih ketika sedang menstruasi.

Puan Lestari

Dalam rangka menyambut kemerdekaan, aktivis perempuan Samarinda, Hanna Pertiwi ingin kembali mengangkat isu perubahan iklim, terutama dampaknya kepada perempuan lewat gerakan Puan Lestari.

Puan Lestari sendiri merupakan sebuah platform edukasi krisis iklim di Samarinda yang menyasar para perempuan untuk menjadi berdaya menjaga bumi. Baru dibentuk pada Agustus 2024 ini oleh Hanna Pertiwi.

“Supaya kita menyuarakan dan menyambut kemerdekaan dengan perempuan berani berdaya melawan krisis iklim,” terang Hanna Rabu, 14 Agustus 2024.

Hanna menjelaskan, Puan Lestari sendiri cukup berbeda dengan komunitas lingkungan pada biasanya. Karena akan banyak bergerak dari sisi edukasi, namun sifatnya lebih aplikatif, alih-alih hanya sekadar kampanye dan ajakan.

Baca juga:   Ketua DPRD Kutim Dorong Pemkab Maksimalkan Alokasi Anggaran Pendidikan

Kegiatan yang diinisiasi lebih banyak bersifat pelatihan dan praktik-praktik. Melalui empat program, yakni Puan Olah Hayati meliputi pelatihan pengolahan pangan, lalu program Alam Bernyanyi yang melibatkan anak-anak untuk belajar di alam.

Ketiga ada Program Climate Change Dialogue, diisi dengan dialog yang menghadirkan berbagai stakeholder untuk bertukar gagasan dan solusi mengenai penanganan krisis iklim. Hingga kampanye Bijak Energi melalui fitur Add Yours di Instagram.

“Concern-nya lebih ke pelatihan edukasi, jadi nggak cuma awareness atau ajakan, tapi ada aplikasinya. Lebih ke practical-nya,” tambahnya.

Prioritaskan Ibu-Ibu

Hanna juga berkolaborasi dengan Owner Oemah Keboen Samarinda Chitia Agustina Wulandari, Puteri Pelajar Indonesia Lingkungan 2024 Naeva Zahira, juga ibu rumah tangga sekaligus founder Pustaka Ibrahim bernama Adinda Mediana.

Dia berharap bisa lebih banyak menyasar kalangan ibu-ibu rumah tangga, termasuk ibu-ibu PKK atau juga kelompok karang taruna. Dengan banyak ibu yang tersadarkan, maka edukasi terhadap anak akan semakin baik.

Baca juga:   Sering Bikin Macet, SPBU Gatsu Samarinda Sekarang cuma Jual Pertalite untuk Sepeda Motor

“Supaya dia juga mengedukasi ke anaknya, harapannya anak-anak bisa lebih baik menjaga bumi ini. Sesederhana Dalam kehidupan sehari-hari bawa tumblr dan totebag,” katanya.

Program terdekat, mereka bakal membuat workshop pengelolaan panggan untuk 10-15 ibu-ibu di Samarinda. Untuk belajar ragam pengelolaan makanan yang baik. Pada 31 Agustus 2024 mendatang.

Lalu ada Climate Change Seminar yang akan diisi dialog bersama berbagai stakeholder. Dilaksanakan sekitar 7 September 2024. Menyasar 50 orang dari komunitas di bidang lingkungan, juga ibu-ibu PKK, dan karang taruna.

“Harapannya bisa mengajak semakin banyaknorang untuk berkolaborasi, menjaga bumi. Perempuan adalah kunci pembangunan ketahanan Iklim di komunitas. Jaga bumi, jaga perempuan,” pungkasnya. (ens/fth)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.