EKONOMI DAN PARIWISATA
Disporapar Samarinda ajak Masyarakat Ramaikan Festival Hudoq di Batu Cermin

Pada akhir Oktober dan awal November nanti, festival hudoq akan digelar di Kota Samarinda oleh masyarakat Dayak Bahau di Batu Cermin. Disporapar menajak masyarakat luas ikut meramaikan dan dukung kebudayaan lokal ini.
Setelah mulai dilaksanakan sejak tahun 2012, masyarakat Dayak di Kota Samarinda sampai saat ini masih rutin untuk menggelar ritual adat hudoq setiap tahunnya. Sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Tahun ini, masyarakat Dayak Bahau yang ada di Kota Samarinda akan kembali menggelar ritual adat hudoq. Dengan 3 rangkaian hudoq, yakni Hudoq Tahari, Hudoq Kawit, hingga Hudoq Pakoq. Diselenggarakan setiap Sabtu pada 3 pekan berturut-turut.
Hudoq Tahari akan digelar pekan ini, pada 26 November. Lalu Hudoq Kawit 2 November, dan terakhir Hudoq Pakoq pada 9 November. Ketinga rangkaian upacara adat akan digelar di Amin Ayaaq Syahrie Jaang, Jl Batu Cermin, Sempaja Utara.
Ritual adat hudoq sendiri merupakan tarian yang melambangkan rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Biasanya ritual hudoq menggunakan topeng dan juga kostum khusus yang memiliki makna tersendiri.
Disporapar Ajak Ramaikan
Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Disporapar Samarinda Agnes Gering Belawing menjelaskan, hudoq memang ritual adat yang masih dijaga oleh masyarakat adat Dayak Bahau meskipun tinggal di kota.
“Masih ada yang berladang, tapi ada juga yang bekerja sebagai pegawai, sebagai karyawan. Meski begitu mereka beli beras juga kan. Jadi semacam doa syukur terhadap anugerah yang diterima,” jelas Agnes kepada Kaltim Faktual belum lama ini.
Agnes bilang, masyarakat Dayak Bahau tidak pernah melewati kesempatan untuk menggelar festival hudoq. Bahkan saat Covid-19 kemarin, hudoq masih tetap diadakan meski dengan konsep yang terbatas dan tidak seramai biasanya.
Sebagai bagian dari pemerintah, Agnes bilang Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) sangat terbuka jika masyarakat adat ingin menggelarnya. Selama masih bisa menjaga kondusifitas dan keamanan.
Apalagi, hudoq merupakan warisan budaya tak benda yang telah diresmikan pada 2015 lalu. Sehingga keberadaannya harus dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan lokal. Salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Penyelenggaraan hudoq tersebut terbuka luas bagi masyarakat. Agnes juga mengajak warga Kota Samarinda untuk dapat hadir dan ikut meramaikan hudoq tersebut. Tanpa pandang suku, etnis, dan latar belakang.
“Karena ini budaya Indonesia, artinya warga Kota Samarinda harus ikut men-support budaya ini. Karena budaya turun temurun ini harus dilestarikan. Bagian dari ketahanan nasional,” pungkasnya. (ens/fth)

-
SAMARINDA4 hari ago
BRIDA Kaltim Petakan Daya Dukung Wilayah untuk Dukung Pembangunan IKN
-
SAMARINDA4 hari ago
Guru Senior Terkejut Ditunjuk Jadi Plt Kepala SMAN 10 Samarinda
-
SAMARINDA4 hari ago
Kepala SMA 10 Samarinda Diberhentikan Sementara, Pertanyakan Kewenangan Plt Disdikbud
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Ratusan PPPK Kaltim Tandatangani SPK, BKD Tegaskan Komitmen Kinerja
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Dishub Kaltim Larang Angkutan Alat Berat 8 Ton Lewat Jalan Umum, Wajib Manfaatkan Sungai
-
SAMARINDA3 hari ago
Kepala SMA N 10 Samarinda Dicopot, Disdikbud Ungkap Pelanggaran Prosedur dan Mobilisasi Dukungan Militer
-
SAMARINDA3 hari ago
Mediasi Malpraktik RSHD Samarinda Gagal, Dokter dan Pasien Bersikukuh pada Klaim Masing-masing
-
SEPUTAR KALTIM4 hari ago
Pemprov Kaltim Tambah Jabatan dan Ubah Jadwal Seleksi Direksi BUMD 2025