SOSOK
Inspirasi: Juju si Penjual Kue Asal PPU, Awalnya Tak Sengaja, Kini Kewalahan Ladeni Orderan
Sosok inspiratif kali ini bernama Juju. Wanita penjual kue asal PPU. Yang memulai usahanya dari ketidaksengajaan ketika kondisi keuangan keluarganya berada di titik nadir.
Seperti Ramadan biasanya, Juju membuka orderan kue kering untuk Lebaran. Pada hari biasa, dia hanya menjual cake, brownies, donat, dan teman-temannya.
Sejak memulai usahanya pada 2017 lalu, ini keempat kalinya dia menerima pesanan pembuatan kue kering jelang Hari Raya. Beberapa Ramadan sempat vakum karena alasan yang mendesak.
Tahun ini, pesanan kue kering mulai banyak berdatangan sejak minggu kedua. Namun puncaknya pada minggu ketiga bulan puasa. Kebanyakan dari pelanggan lama. Yang sudah tahu rasa dan kualitas kue buatannya.
Kenapa tak banyak pesanan dari pelanggan baru? Karena harganya relatif lebih mahal! Sudah begitu, tempat produksinya yang menggunakan kediaman pribadi di Kelurahan Api-Api, Waru sononya lagi. Sudah tentu bikin calon pembeli ngeri. Sudah mahal, lokasinya jauh pula. Ongkirnya kan jadi lumayan.
Padahal yang dijual juga kurang lebih sama dengan pembuat kue kering lainnya. Selain itu, dia memang tak banyak mempromosikan kue keringnya. Karena melayani pesanan yang ada saja sudah kewalahan.
Untuk diketahui, usahanya ini masih kategori rumahan. Sehari-harinya, dia memproduksi kue seorang diri. Namun khusus momen Ramadan, dia harus merekrut pegawai.
“Di Ramadan ini awalnya kerjakan sendiri kaya biasa. Pas ada yang bersedia bantu, baru aku mulai promosi.”
“Dari sendiri, jadi bertiga, sampai berlima di 7 hari terakhir. Masih kewalahan. Akhirnya banyak orderan, terutama yang masuk di minggu ketiga, terpaksa kutolak. Takut gak bisa buatkan,” jelas Juju belum lama ini pada Kaltim Faktual.
Ada Harga Ada Rasa
Tahun ini, Juju menjual cukup banyak varian kue kering. Dari kue rambutan, kue kacang, thumprint cokelat, cookies nutella, cookies cokelat, crispy, semprit red velvet dan susu, putri salju, putri salju milo, sampai idola sejuta umat;nastar.
Ketika ditanya varian mana yang paling enak, dengan lugas ibu 3 anak itu menjawab, “Semuanya.” Namun yang paling laris adalah putri salju, nutella, thumprint, dan nastar.
Ada 3 prinsip yang dipegang wanita bernama asli Juriah itu pada kue buatannya. Bahannya harus premium, rasanya harus enak, dan penampilan hingga kemasannya harus cakep.
“Banyak pelanggan lama yang repeat order karena rasa. Kalau harga, kueku mahal malah. Karena aku mentingin kualitas. Dan memang menyasar target pasar tertentu.”
“Yang paham kue, bakal bisa bedakan kenapa ini dijual murah, kenapa ini mahal. Walau jenisnya sama. Makanya belum ada yang komplain soal harga,” jelas Juju.
Selain menggunakan bahan baku kualitas premium, Juju tidak pelit topping ataupun isian. Sederhananya, dia membuat kue yang dia suka. Bukan sekadar menghitung untung rugi kalau isiannya kebanyakan.
“Sering diprotes sama karyawan. Kok banyak betul kejunya. Banyak betul cokelatnya. Aku jawabin, biar saja. Karena aku sendiri tipe orang yang suka protes soal makanan,” ucapnya sembari tertawa.
Soal penampilan pun, dia tidak mau setengah-setengah. Nastar misalnya, meski adonan sudah mantap. Melted di mulut ketika dilahap. Isian juga sudah oke. Tapi kalau penampilannya tidak glowing. Juju tidak mau menjualnya. Sampai segitunya.
Karena itu, Juju tidak pernah takut kehilangan pembeli. Meski menjual kue buatannya dengan harga lebih mahal.
Awalnya Berdagang Sandal
Ketika membaca mengenai prinsip-prinsipnya di atas, kamu mungkin berpikir Juriah adalah ahli makanan sejak lama. Sayangnya tidak.
Saat SMK, dia bahkan mengambil jurusan Teknik Pendingin. Ya, dia belajar bagaiaman pendingin udara (AC) dapat bekerja sampai cara memerbaikinya. Padahal di SMKN 2 PPU, tempatnya bersekolah, ada jurusan Tata Boga.
Setelah lulus SMK. Juriah diterima di Universitas Mulawarman lewat jalur undangan (tanpa tes). Namun karena satu dan lain hal, dia mengurungkan niat untuk berkuliah.
Setelah menikah, dia lantas membangun usaha keluarga. Berjualan sandal. Bermula dari kecil-kecilan. Laris. Lalu mereka menginvansi bisnis dengan meminjam modal dari bank.
Jualan makin besar, terus laris, sampai tiba-tiba … drop! Lapak di pasar kian sepi dan makin sudah dapat pembeli.
Juju menduga ada 2 hal yang membuat usahanya macet. Pertama karena pesaing makin banyak. Kedua, ini ranah pribadi, kamu boleh sepakat, boleh juga tidak. Yang jelas keduanya merasa kebangkrutan itu adalah teguran dari Sang Maha Kaya. Karena menggunakan modal uang riba.
Beberapa bulan mereka harus menjalani hidup nelangsa. Sumber pendapatan satu-satunya hanya dari konter pulsa kecil di depan rumah. Sekadar bisa untuk makan. Sementara untuk bayar utang tidak cukup.
Dalam situasi ini, masalah demi masalah berdatangan. Tidak perlu dirincikan sebesar apa masalahnya. Pokoknya sukses bikin Juriah stres dan terpuruk. Karena meski dia merenungi tiap malam. Ikhlas bahwa ujian itu adalah bentuk teguran dari Tuhan. Tetap saja, utang bank harus dibayar.
“Sampai pas lahiran saja, aku ditagih sama bank. Ya Allah, gini banget rasanya enggak punya apa-apa,” kisahnya prihatin.
Titik Balik Secara Tidak Sengaja
Wanita itu memang meyakini, akan ada jalan di balik kesulitannya. Tapi bentuk dan kapannya, dia sama sekali tidak mendapat bayangan apa-apa.
Sampai suatu ketika, tantenya mengajak membuat donat kentang. Saat itu donat kentang masih cukup tabu. Juju saja sempat heran. Tapi tetap antusias menyambut ajakan sang tante.
Selesai bikin, “Loh kok enak, aku belum pernah makan donat selembut ini,” gumamnya.
“Kenapa aku gak coba bikin dan jual saja ya? Kan aku punya jiwa sales. Tinggal dilanjutkan saja.”
“Besoknya aku coba bikin langsung bisa. Ih senangnya aku. Donat kentang itu kufoto dan share di BBM.”
“Langsung tetanggaku pada mau, keluarga juga. Mereka suka. Akhirnya aku beraniin posting di Facebook. Kebetulan baru aku yang jualan donat kentang di PPU saat itu,” lanjutnya.
Sejak awal, jiwa kreatifnya sudah muncul. Donat kentang yang dia buat tidak berbentuk donat (bulat bolong tengahnya). Namun menyerupai pizza. Lalu diberi topping berbagai rasa.
Pesanan mulai ramai, usaha sandal sepenuhnya sudah ditinggalkan. Juriah bertugas membuat donat. Karena memiliki bayi, dia harus bertarung dengan waktu. Mengadon saban malam sudah jadi makanannya.
Sementara sang suami menjadi partner bisnisnya. Sebagai pengantar kue ke rumah pelanggan. Mereka harus membuka jasa antar karena lokasi rumah yang tidak strategis.
Menyewa lapak di Waru atau Petung? Berat. Bahkan modal awal usaha donat pun adalah pinjaman dari teman pengajian suaminya. Sebesar Rp3 juta. Yang boleh dikembalikan kapan saja, tanpa bunga.
Tak ingin menyia-nyiakan peluang. Juju mengelola modal Rp3 juta itu dengan cermat. Perlahan namun pasti, hasilnya mulai terasa.
“Sehari bisa dapat omzet Rp300 ribu. Senang betul aku. Makin hari makin banyak. Hingga 3-4 kg adonan sehari. Sehari itu kalau ramai bisa dapat omzet Rp500 ribu.”
“Dari situ aku iseng bikin cake. Alhamdulillah orang-orang langsung suka. Lumayan buat tambah-tambah. Sehari itu aku bisa dapat omzet Rp600 ribu sampai Rp1 juta,” kenangnya.
Dari penghasilan itu, mereka bisa melunasi utang di 2 bank untuk bisnis sebelumnya. Tak ingin stagnan, Juriah pun terus berinovasi dengan membuat ragam kue lainnya. Lagi-lagi karena dia bisa menggaransi rasa dan penampilan, tak begitu sulit buat produknya diterima oleh para pelanggan.
“Alhamdulillah, semua dilancarkan sama Allah. Makanya kalau ingat donat, aku selalu mau nangis.”
“Dulu jam segini (wawancara berlangsung hingga jam 1 dinihari) aku tuh ngadon donat. Tepok-tepok tengah malam sama suamiku. Sampai katiduran pun kami jalani,” ceritanya.
Ingin Berkembang di PPU
Walau saat ini usaha yang memiliki brand ‘Sofia Cake and Cookies’ itu masih berstatus usaha rumahan. Di mana produksinya dilakukan di sebuah dapur khusus di rumahnya. Bohong jika Juju tak mau usahanya kian besar. Dan bisa mempekerjakan banyak orang.
Oh ya, nama Sofia Cake and Cookies ini diambil dari nama anak bungsunya. Filosofinya sederhana, bahwa semua usaha yang ia dan suami lakukan saat ini. Adalah untuk membahagiakan ketiga buah hati mereka.
Dia masih punya hasrat untuk memiliki toko kue di Waru ataupun Petung. Sebuah bangunan yang bisa untuk memproduksi sekaligus menjual kue.
“Insyaallah masih akan terus jualan kue. Karena usaha kuliner terus berkembang, tidak begitu-begitu saja.”
“Mudah-mudahan nanti ada rezekinya punya toko kue yang proporsional di tempat yang strategis,” harapnya.
Lokasi produksi saat ini memang jadi kerikil kecil. Karena letaknya yang jauh dari pusat keramaian. Tak banyak kurir yang mau mengambil pesanan dari tokonya. Kalaupun mau, harganya memberatkan pelanggan.
Impian Besar Juju
Alasan kenapa pada Ramadan kemarin dia kewalahan menyiapkan pesanan pelanggannya. Adalah karena dia masih menggunakan oven tangkring. Jadi produksinya harus sedikit-sedikit.
Dia masih memimpikan, suatu saat bisa memiliki perlengkapan baking yang memadai. Ya minimal oven 2 pintu dengan perapian atas bawah.
“Mungkin gak ya, bisa dapat bantuan dari pemerintah? Kepengin betul punya oven besar,” terangnya seraya bertanya.
Disinggung soal kehadiran IKN. Yang memungkinkan usahanya semakin prospektif. Juriah belum bisa berkomentar banyak.
Ya dia, tentu mau saja. Menjadi pelaku UMKM di bidang kuliner asli PPU. Untuk ikut bersaing di IKN Nusantara. Namun lagi-lagi, tanpa alat produksi yang memadai, dia masih ragu untuk melangkah ke arah sana.
“Banyak yang mau bantu promosikan. Tapi kadang aku tahan, takutnya gak bisa memproduksinya,” pungkasnya sembari berharap, oven besar impiannya bisa segera ia miliki.
Jika artikel ini sampai di ruang baca para pejabat penting PPU. Mungkin enggak ya, ada program bantuan dan pendampingan untuk pelaku UMKM potensial asli PPU? (dra)
Penulis: Ahmad A. Arifin | Kaltim Faktual
-
POLITIK3 hari yang lalu
RESMI: Rudy-Seno Dinyatakan sebagai Pemenang Pilgub Kaltim dengan Raihan 55,7 Persen Suara
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Permudah Akses ke Sekolah, Pemprov Kaltim Berikan Bus ke SMK Pariwisata dan SMA di Pelosok
-
POLITIK3 hari yang lalu
DPRD Kaltim Sampaikan Hasil Reses, Minta Pemprov Akomodir Aspirasi Rakyat
-
SAMARINDA3 hari yang lalu
Aksi Hari Anti Korupsi di Depan Kantor Gubernur Kaltim: KPK Tak Berfungsi, Tambang Ilegal Jadi Sarang Korupsi!
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
UMP Kaltim Tahun 2025 Naik 6,5 Persen Jadi Rp3,57 Juta
-
SEPUTAR KALTIM2 hari yang lalu
Tinjau Uji Coba Makan Bergizi Gratis di SLB Samarinda, Sekda Sri Temukan Sejumlah Catatan Menarik
-
SAMARINDA1 hari yang lalu
Setelah Dikaji, Transportasi Kereta Api di Samarinda Belum Memungkinkan Diterapkan dalam Waktu Dekat
-
EKONOMI DAN PARIWISATA2 hari yang lalu
Ini Alasan Pj Akmal Malik Minta per Januari 2025 OPD Pemprov Kaltim Gelar Rapat di Maratua Seminggu Sekali