BONTANG
Puji: Buaya Riska Bisa Jadi Magnet Pariwisata

Menurut Puji Setyowati, jika buaya Riska ditangani dengan tepat oleh lembaga yang tepat. Keberadaannya bisa menjadi magnet pariwisata Kota Bontang.
Di Kaltim ini, ada banyak sekali buaya. Namun yang paling tersohor, adalah Riska. Predator yang tinggal di Sungai Guntung, Bontang ini. Telah bertemu banyak pesohor dari bangsa manusia.
Riska terkenal sebagai seekor buaya yang jinak. Aksinya saat makan bersama ‘pawangnya’ Ambo, selalu mendapat banyak penonton di media sosial. Meski banyak juga yang memperingatkan Ambo agar tidak sedekat itu dengan buaya.
Bersamaan dengan semakin terkenalnya Riska. Gejolak pun mulai berdatangan. Ada rasa takut jika Riska yang sering berseliweran di kawasan penduduk tepi sungai. Bisa menjadi pemangsa.
Pada akhirnya Riska ditangkap dan dievakuasi ke penangkaran buaya di Teritip, Balikpapan. Oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, 3 Oktober 2023 lalu. Teranyar, kawan Riska bernama ompong juga dievakuasi ke tempat yang sama. Karena diduga memangsa masyarakat sekitar.
Proses evakuasi ini menuai pro dan kontra. Yang sepakat menilai dari aspek keamanan. Sementara yang kontra melihat Riska bukan sebagai ancaman.
Riska Bisa Jadi Ikon Wisata
Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kaltim, Puji Setyowati ikut berpendapat. Menurutnya buaya tersebut bisa menjadi aset berharga. Asal dikelola dengan benar.
“Salah satu caranya, dengan memberikan tanggung jawab penanganan buaya Riska kepada lembaga resmi perlindungan hewan,” ungkapnya, belum lama ini.
Kehadiran predator di antara manusia memang bak pisau bermata dua. Satu sisi bisa menjadi sumber rezeki, karena keberadaannya bisa mendatangkan wisatawan yang akhirnya membelanjakan uangnya di kawasan tersebut. Memutar ekonomi kerakyatan. Di sisi lain, bisa menjadi ancaman.
Karena itu, Puji menekankan jika penanganannya harus menyeimbangkan antara sisi pariwisata dan keamanan. Penanganan buaya seperti Riska, lanjutnya, bukan hanya soal memberi makanan saja. Namun mencakup manajemen yang lebih luas. Bahkan sampai ke pengaturan limbahnya. (dmy/fth)
-
NUSANTARA1 hari agoKemenhut Telusuri Legalitas Kayu Terseret Banjir di Sumatra, Operasi Pengawasan Diperketat
-
PARIWARA3 hari agoMomen Spesial Anak Muda di Konser Musik Jadi Makin Asik dengan Kehadiran Grand Filano Hybrid
-
NUSANTARA1 hari agoPresiden Prabowo Prioritaskan Pembangunan 300 Ribu Jembatan untuk Perkuat Akses Pendidikan di Daerah Terpencil
-
PARIWARA4 hari agoApresiasi Kemenangan Teknisi di World Technician Grand Prix 2025, Yamaha Gelar Seremoni Spesial
-
OLAHRAGA3 hari agoKejuaraan Balap Ikonik Yamaha Cup Race Bertandang ke Tasikmalaya, Bakal Hadirkan Euforia Memorable
-
OLAHRAGA1 hari agoDebut di Yamaha R3 BLU CRU Asia-Pacific Championship, Rider Binaan Yamaha Racing Indonesia Sabian Fathul Ilmi Tampil Impresif
-
BALIKPAPAN11 jam agoFazzio Hybrid Movement (FOMO) di Balikpapan Diramaikan dengan Gathering & Riding Bareng Konsumen Fazzio
-
SAMARINDA3 hari agoGelar Penguatan Demokrasi di Kelurahan Baqa, Darlis Ajak Warga Samarinda Seberang Pahami Hak dan Kewajiban Sipil

