Connect with us

BERITA

Siap Hadapi Semester Baru? Baca Tiga Buku Ini untuk Tambah Inspirasi!

Diterbitkan

pada

Pemenang Juara 2 Lomba Sahabat Literasi, Hakim Maulana (kanan). (Foto: Dokumen Pribadi)

Mengawali semester baru yang penuh tantangan, membaca buku sering menjadi pilihan tepat untuk mengembalikan fokus usai libur panjang. Eits, tak perlu bingung. Sahabat Literasi sudah siapin nih rekomendasinya.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Mindlab International di University of Sussex pada 2009, aktivitas membaca buku terbukti dapat menurunkan tingkat stres seseorang hingga 68 persen.

Maka tak heran, membaca buku cocok menjadi aktivitas rutin untuk kembali memulai semester baru yang kerap dipenuhi tantangan. Terlebih, usai masa libur semester yang cukup panjang, seseorang biasanya perlu mengembalikan semangat, fokus, dan motivasi.

Buku tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga bisa memberikan inspirasi baru yang akan menemani perjalanan akademis seseorang. Dengan memilih buku yang tepat, kamu dapat mengoptimalkan manfaatnya.

Berikut adalah beberapa buku yang direkomendasikan oleh Sahabat Literasi, Hakim Maulana. Cocok dibaca untuk memulai semester baru, baik untuk meningkatkan literasi dan cara berpikir, menambah pengetahuan, maupun memperkaya perspektif hidup.

1. Pendidikan Kaum Tertindas – Paulo Freire

Buku yang ditulis oleh pendidik Brasil Paulo Freire, pertama kali ditulis dalam bahasa Portugis pada tahun 1968. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1970, dalam terjemahan oleh Myra Ramos.

Baca juga:   Hari Ini! Perayaan Imlek di Kelenteng Thien Ie Kong Samarinda

Menurut Hakim, buku ini dianggap sebagai salah satu teks dasar bagi pedagogi kritis. Salah satu pemikirannya, mengusulkan sistem pendidikan dialogis dua arah antara guru dan siswa.

Adapun buku ini pada awalnya didedikasikan untuk membangkitkan kesadaran kritis kaum tertindas dan ditulis berdasarkan pengalaman Paulo Freire sang penulis dalam membantu orang dewasa Brasil untuk membaca dan menulis.

Lebih lanjut, Freire memasukkan analisis kelas Marxis yang terperinci dalam eksplorasi tentang hubungan antara penjajah dan yang terjajah. Dalam buku itu, Freire menyebut pedagogi tradisional sebagai “model pendidikan perbankan”.

“Disebut itu karena memperlakukan siswa sebagai kapal kosong yang harus diisi dengan pengetahuan, seperti bank. Dia berpendapat bahwa pedagogi seharusnya memperlakukan pelajar sebagai subjek pendidikan, bukan objek pendidikan,” kata Hakim meringkas.

2. Sang Alkemis – Paulo Coelho

Selanjutnya, ada Sang Alkemis yang ditulis Paulo Coelho. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1988. Sang Alkemis telah menjadi salah satu novel terlaris di dunia.

Baca juga:   Bukaan Lahan Masif Diduga Andil Banjir Samarinda

Menceritakan Santiago, sang tokoh utama yang melakukan perjalanan dari Andalusia, Spanyol untuk mencari harta karun di Piramida Mesir.

Sebelum memulai perjalanannya, Santiago memang kerap dihantui oleh harta karun terpendam dalam mimpinya. Dari situ tekadnya menjadi bulat.

“Jadi, sebenarnya alurnya itu sederhana sih, enggak berbelit-belit dan sebenarnya bisa ditebak juga,“ ucap Hakim yang merupakan mahasiswa jurusan Fisika Murni Universitas Mulawarman.

Meski begitu, pengemasan alur cerita yang disajikan penulis sarat akan makna. Sepanjang perjalanan Santiago meraih mimpi, pembaca akan menemukan berbagai petuah hidup.

“Tapi pembawaan dan penyampaiannya Paulo Coelho itu sangat filosofis dari segi bahasa. Jadi, mungkin alurnya sederhana, tapi sebetulnya ada banyak nilai yang bisa diambil.”

3. 1984 – George Orwell

Meski berjudul 1984, novel ini selesai ditulis pada 1948. Novel dengan genre distopia klasik tulisan George Orwell ini merupakan bentuk penolakan dirinya terhadap totalitarianisme.

Baca juga:   Mellow hingga Jingkrak-Jingkrak: Dewa 19 Guncang Konser Perayaan Cinta di Samarinda

Adapun, genre distopia menawarkan kisah tentang masa depan dengan gambaran yang mengerikan.

“Coba bayangin, kita itu hidup di negara yang, apa yang kita baca, apa yang kita lakukan, apa yang kita dengar, apa yang kita pikirkan bahkan, itu tuh diatur dan diawasi ketat sama pemerintah,” papar Hakim.

Uniknya, meski telah ditulis sejak puluhan tahun lalu, konteks yang dihadirkan Orwell masih sesuai dengan situasi saat ini.

“Tapi ini masih relevan gitu lah untuk masyarakat sekarang.”

Bagi Hakim, cara berpikir yang dihadirkan dalam narasi menjadi daya tarik paling utama dalam karya ini.

“Kenapa sih kok harus begini? Kenapa sih kok harus diatur, kenapa harus dilihat? Kenapa aku harus berpikir seperti ini? Menurutku, cara berpikir tokoh utamanya itu sih yang bagus.”

Bagi kamu yang tertarik untuk membaca, buku-buku tersebut bisa kamu peroleh di toko buku terdekat maupun platform resmi secara online, ya! Selamat membaca dan semoga semester barumu penuh dengan inspirasi!(nkh/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.