Connect with us

SAMARINDA

Atasi Persoalan Sampah, DPRD Samarinda Gagas Program “Si Pesut”

Diterbitkan

pada

Proses pengangkutan sampah dari TPS di Samarinda. (Mitha/Kaltim Faktual)

Produksi sampah Samarinda yang mencapai 600 ton setiap bulan, menjadi masalah bagi keterbatasan lahan TPA. Tak tinggal diam, DPRD Samarinda menggagas terobosan sistem pemilahan sampah yang diberi nama ‘Si Pesut’. Seperti apa cara kerjanya?

Anggota Komisi III DPRD Kota Samarinda, M. Andriansyah, tengah merancang sistem pengelolaan sampah bernama “Si Pesut” untuk membantu proses pemilahan dan pengelolaan sampah di Kota Tepian. Inisiatif ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi permasalahan sampah yang kian menggunung.

Setiap bulan, Samarinda menghasilkan sekitar 600 ton sampah. Dengan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang semakin terbatas, diperlukan sistem baru yang lebih efektif dalam mengelola limbah kota.

Baca juga:   Drama Derby Balikpapan di DBL 2025 Samarinda: Tangis dan Tawa Smala di Semifinal

Sistem Pemilahan Sampah Berbasis Bank Pembuangan

Aan, sapaan akrab Andriansyah, menjelaskan bahwa Si Pesut akan berfokus pada pemilahan sampah rumah tangga melalui bank pembuangan. Dengan sistem ini, sampah yang masih bisa didaur ulang akan dipisahkan lebih awal, sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA.

“Nah, kalau sudah bicara sistem, pasti ada peraturan dan programnya,” ujarnya.

Sistem ini mengadaptasi konsep pengelolaan sampah dari beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Sebagai bagian dari studi banding, Jakarta Recycle Center (JRC) dipilih sebagai referensi karena telah menerapkan sistem pengelolaan sampah yang efektif di wilayah padat penduduk.

Belum Ada Kajian Anggaran untuk Insinerator

Selain pemilahan sampah, sistem ini juga mempertimbangkan penggunaan insinerator untuk mengolah residu sampah yang tidak dapat didaur ulang. Sampah jenis ini nantinya akan dibakar menggunakan mesin insinerator.

Baca juga:   Nikmatnya Sarapan Tjahaya Pagi di "Tempat Rahasia", Cozy dan Serba Rp 10 Ribu!

Namun, hingga saat ini, belum ada kajian terkait anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan teknologi tersebut.

“Saya dan beberapa teman sedang mencoba merancang insinerator dengan biaya yang lebih terjangkau,” ungkapnya.

Jika biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar, ia menyebutkan bahwa program Probebaya bisa menjadi sumber pendanaan alternatif.

“Kalau harganya hanya sekitar Rp10 juta, pakai Probebaya saja,” tambahnya.

Dua RT Akan Jadi Proyek Percontohan

Untuk tahap awal, sistem pemilahan sampah ini akan diuji coba di dua RT dengan karakteristik yang berbeda. Satu di kawasan permukiman dan satu di wilayah perumahan.

“Kenapa saya pilih dua wilayah ini sebagai uji coba? Karena karakter warga perumahan dan permukiman pasti berbeda,” jelas Aan.

Baca juga:   Bekal Sebelum Bebas, Warga Binaan Rutan Samarinda Dilatih Budidaya Sayur Hidroponik

Uji coba sistem ini dijadwalkan setelah Lebaran Idulfitri, sementara selama Ramadan, Aan akan fokus menyempurnakan desain dan perencanaannya.

“Kalau sistemnya tidak berjalan dengan baik, kita lihat apa kendalanya. Yang jelas, masalah sampah ini harus segera diatasi,” pungkasnya. (tha/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.