Connect with us

SAMARINDA

[Bagian 2] Samarinda Raih Adipura, Pengamat: Realitanya Masih Jauh

Diterbitkan

pada

samarinda
Eks Taman Tepian Mahakam kini telah menjadi RTH tanpa pedagang. (IST)

Samarinda baru saja meraih Sertifikat Adipura. Yustinus menilai beberapa aspek memang terlihat peningkatannya. Namun masih pada tataran kemasannya saja. Perbaikan belum menyentuh inti dari persoalan kebersihan dan pengelolaan lingkungan.

Kota Samarinda dinobatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai kota besar peraih Sertifikat Adipura 2022. Karena meraih peningkatan skor Adipura dari tahun sebelumnya.

Penghargaan ini masih berada di tingkatan ketiga dari 4 kategori Adipura. Karena di atas Sertifikat Adipura, masih ada level Adipura (sesuai standar) dan Adipura Kencana (melebihi standar).

Pengamat lingkungan hidup Samarinda Yustinus Sapto Hardjanto melihat ulang 5 kriteria. Yang idealnya masuk dalam kategori penilaian.

Pada bagian pertama, telah diulas mengenai pengelolaan sampah dan sanitasi air. Pada bagian kemasan, kebersihan kota di sektor jalan protokol memang sudah lebih bersih. Berkat pengurangan jumlah TPS.

Baca juga:   Tak Terpengaruh Polemik, Andi Harun Sahkan Raperda RTRW Samarinda

Kebersihan di RTH dan penanganan banjir juga menunjukkan peningkatan. Meski soal pengelolaan sanitasi air, masih jauh dari kata ideal.

Selain itu, masih ada 3 poin lagi yang menjadi perhatian Yustinus.

3. Pengendalian Pencemaran Udara

Menurut Yustinus, udara di Samarinda relatif masih baik kalau dibandingkan dengan kota-kota di Jawa. Tapi pengendalian emisi lewat RTH tidak mengalami banyak perkembangan. Karena jumlah RTH di Samarinda tidak bertambah. Luasannya juga masih sangat kurang dibandingkan dengan luas kota.

“Dan RTH yang ada juga tidak hijau-hijau amat. Yang paling kelihatan menghijau hanya Taman Samarendah,” tuturnya, Rabu 1 Maret 2023.

4. Pengendalian Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan

“Soal ini mungkin nanti bisa dinilai setelah tahun 2026. Saat Samarinda sudah tak ada lagi tambang,” singkatnya.

Baca juga:   Masih Jadi Andalan, Pertambangan Sumbang Rp490,5 T pada PDRB Kaltim

5. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

Pada kriteria ini, Samarinda nyaris tak memiliki masalah berarti. Karena Samarinda lebih sering kena dampak dari kebakaran hutan dan lahan dari daerah tetangga.

“Enggak ada kebakaran hutan di Samarinda karena memang enggak punya hutan.”

“Kalau lahan, sesekali terjadi. Biasa lahan tidur yang dibakar untuk dijadikan kaplingan,” lanjut Yustinus.

Sementara untuk penanganan bencana kebakaran dalam kota. Bapak-bapak gondrong itu justu memuji. Karena bukan hanya pemadam kebakaran dari pemkot saja yang gerak cepat. Namun edukasi soal proses evakuasi kebakaran sudah benar-benar me-relawan.

“Yang patut dipuji soal kebakaran (rumah/permukiman) adalah partisipasi warga yang tinggi dalam memadamkan api. Banyak komunitas atau organisasi pemadam kebakaran. Walau sering bikin jengkel kalau melintas di jalan,” ujarnya seraya tertawa.

Baca juga:   Investasi Kaltim 2022 Lampaui Target, Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir

Pada akhirnya, Yustinus Sapto Hardjanto berharap Sertifikat Adipura yang diraih oleh Kota Samarinda ini. Menjadi titik mula pengelolaan kebersihan dan lingkungan yang baik ke depannya. Bukan justru jadi garis finis, buat bangga-banggaan. Lalu lupa mengerjakan yang mestinya dikerjakan.

“Semoga penghargaan Sertifikat Adipura ini bisa mendorong semua untuk memikirkan lebih dalam lagi. Soal pembangunan yang bersinergi dengan peningkatan mutu atau pemulihan lingkungan hidup. Terutama soal pengelolaan dan pengolahan sampah serta limbah,” pungkasnya. (SELESAI) – dra

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.