OLAHRAGA
Pemain Top Liga 1 Tak Memikat STY, Pengamat: Wajar-Wajar Saja

Dalam daftar 26 skuat Timnas Indonesia untuk Piala Asia, hanya 3 pemain yang berasal dari klub papan atas. Borneo FC dan Bali United sebagai tim peringkat pertama dan kedua Liga 1, sama sekali tak menyumbang pemain ke timnas.
Pengamat sepak bola asal Samarinda, Kukuh Kurniawan Nugraha ikut menanggapi sebaran pemain di Timnas Indonesia untuk berlaga di Piala Asia 2023. Pada daftar itu, 15 pemain berasal dari Liga 1, sementara 11 lainnya adalah pemain yang membela klub luar negeri.
Menariknya, klub dalam negeri yang banyak menyumbang pemainnya ke skuat Garuda. Mayoritas merupakan tim papan bawah. Rinciannya, dari 4 tim teratas, hanya ada 3 perwakilan. Dua pemain dari Persib, satu dari PSIS.
Lalu dari 10 tim teratas, hanya 4 klub yang memiliki keterwakilan di timnas. Selain 2 klub di atas, Persija (9) menyumbang 1 pemain, dan Dewa United (10) 2 pemain. Sembilan pemain lainnya, berasal dari tim peringkat ke-11 hingga zona degradasi.
Hal ini sempat memicu pertanyaan. Kenapa pelatih Shin Tae-yong tak menyertakan pemain yang sedang top perform di Liga 1?
“Kalau menurutku karena memang STY sebagai pelatih timnas merasa kalau level kita untuk Piala Asia. Membutuhkan pemain-pemain yang sudah terbiasa main away,” kata Kukuh, Kamis malam.
Semisal tidak terpanggilnya Stefano Lilipaly, yang merupakan langganan pemain terbaik bulanan. Serta masuk jajaran permain tergacor, di mana dia berkontribusi pada 20 gol dari 23 laga. Saat itu STY telah mengakui kehebatan Stefano, namun merasa sang pemain tidak berada di level Asia.
“Nah itu menunjukkan juga kalau STY itu punya kriteria yang sangat spesifik untuk Piala Asia. Apalagi kan pelatih fisiknya pernah bilang kalau pemain-pemain yang TC pertama, yang belum banyak pemain abroad, fisiknya masih kurang.”
“Itu menurutku semakin menunjukkan indikasi kalau fisik pemain-pemain di Liga 1 itu belum memenuhi standar yang diminta sama STY,” lanjutnya.


STY yang Punya Kuasa
Dalam konteks ini, Kukuh merangkum bahwa pelatih asal Korea Selatan memilih memakai pendekatan taktik dan seleranya. Alias subjektif. Ketimbang melihat performa pemain di kompetisi reguler.
“Kita kan sebagai individu atau sebagai penonton juga punya pilihannya masing-masing. Tapi karena STY pelatihnya, maka STY lah yang bisa, maksudnya STY dan jajaran pelatihnya yang bisa memilih mana pemain yang paling cocok,” imbuhnya.
Jika memakai pendekatan itu, maka pemilihan pemain versi STY. Di mana dia tidak merasa perlu memanggil pemain dari tim-tim yang sedang melaju bagus. Menurut Kukuh, itu cukup berargumen, dan masih dalam kategori wajar.
“Memang keputusannya subjektif. Dan aku pribadi sih merasa kalau yang dia putuskan perlu didukung.”
“Karena bagaimanapun beberapa tahun yang lalu kita sudah percaya kalau dia adalah pelatih yang bagus. Jadi menurutku sih wajar-wajar aja, dan memang itu tadi STY lah yang paling berhak untuk menilai. Itu sih,” kuncinya. (dra)


-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Realisasi Janji Gratispol dan Jospol: Ribuan Warga Terima Penghargaan Umrah dan Insentif Guru
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Adnan Faridhan Usulkan Sistem Satgas SPMB Jadi Protokol Standar di Seluruh OPD Samarinda
-
PARIWARA4 hari yang lalu
Yamaha Motor Tampil Perdana di Jakarta E-Prix 2025 Sebagai Mitra Teknis Pengembangan Powertrain Formula E
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Kaltim Siap Wujudkan Zero ODOL 2026, Tahapan Penindakan Dimulai Juli Ini
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Pemprov Kaltim Gandeng LPEI, Dorong Desa Potensial Jadi Motor Ekonomi Ekspor
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kemenag Kaltim Gelar Media Gathering, Fokus pada Kerukunan dan Penguatan Pesantren
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Transformasi Digital ASN: Perpustakaan Digital Jadi Pilar Penguatan Literasi dan Kompetensi
-
SEPUTAR KALTIM4 hari yang lalu
Kerukunan Beragama di Kaltim Dinilai Sangat Baik, Masyarakat Hidup Tenang Tanpa Kerusuhan