SEPUTAR KALTIM
Sudah Eranya Digital, Tapi Masih Ada 246 Desa di Kaltim Tidak Ada Sinyal
Masih ada 246 desa Blank Spot di Kaltim atau tidak ada sinyal internet. Angka tersebut sekitar 23,70 persen dari jumlah desa di Benua Etam.
Akses geografis yang sulit, tak adanya kecukupan listrik, hingga demografi, menjadikan desa-desa tersebut belum merdeka dari sinyal. Padahal, sinyal sudah menjadi kebutuhan pokok diera digital saat ini.
Kepala Diskominfo Kaltim, Muhammad Faisal mengatakan penyebab hal itu masih terjadi. Kata dia, Kaltim menjadi provinsi terluas kedua setelah Papua, dengan luas daratan mencapai 127 ribu km persegi.
Dengan luasan daratan yang cukup luas tersebut, data terakhir 2021 masih ada 246 desa yang masih belum mendapatkan internet 4G (Blank Spot). Angka tersebut sudah lebih baik dari tahun sebelumnya 271 desa blank spot. Paling banyak di Kutai Barat dan Mahulu. “Kalau dipresentasi 23,70 persen, tapi itu data saya ambil di 2021,”ungkapnya, baru-baru ini.
Jika berada di daerah yang sering mengalami telepon terputus, SMS gagal dikirimkan, atau Internet mendadak mati, ini disebabkan karena Blank Spot. Di mana suatu tempat tidak tersentuh atau tidak terlingkupi oleh sinyal komunikasi. Baik untuk komunikasi analog seperti jaringan telepon atau komunikasi digital seperti jaringan internet.
Faisal mengakui, masih banyak daerah yang belum tersentuh jaringan sinyal komunikasi. Blank Spot terjadi di Kaltim, kata dia, karena masih ada daerah yang tidak memiliki listrik, kemudian SDM yang kurang.
“Ini menjadi PR yang sangat besar. Bahkan ada data dari kecamatan yang sumber daya manusia tidak ada, jumlah penduduk banyak sekitar 1.000 dan juga blank spot,” imbuhnya.
Meski demikian, Faisal menegaskan, pemprov Kaltim sangat serius untuk menuntaskan persoalan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah Kaltim. Salah satu upaya yang dilakukan, pihaknya telah memfasilitasi kabupaten dan kota koordinasi dengan pemerintah pusat dan DPR/DPRD terkait persoalan tersebut. Yaitu mengusulkan program pembangunan menara telekomunikasi/BTS (base transceiver station)
Tak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan kerja sama dengan provider menggunakan jaringan FO. Di mana menghubungkan satu desa yang sudah ada di jalur internet, ke desa terdekat yang belum ada akses internetnya, yang telah dilakukan di 40 desa.
“Agar semua masyarakat Kaltim bisa menikmati jaringan informasi, sehingga tidak tertinggal jauh dengan masyarakat di Provinsi lainnya,” tegasnya.
Ia berharap dengan akses internet desa dapat meningkatkan layanan ekonomi di desa, meningkatkan konektivitas antar pemerintah desa dengan Kabupaten dan Provinsi, serta meningkatkan sarana komunikasi dan telekomunikasi. (redaksi)
-
BALIKPAPAN3 hari yang lalu
Dilematis Pengadaan Air Bersih Balikpapan; Pakai Air Laut Mahal, Pakai Air Mahakam Ribet
-
OLAHRAGA3 hari yang lalu
Hanya Cetak 3 Gol di 5 Laga, Pelatih Borneo FC: Tim Lawan Selalu Bertahan saat Bertemu Kami
-
KUBAR20 jam yang lalu
Mengenal AHJI Paslon Nomor 2: Dicintai Rakyat, Diharapkan Jadi Pemimpin Kutai Barat
-
OLAHRAGA2 hari yang lalu
Borneo FC Berusaha Garang Lagi saat Jumpa Persis, Biak, dan Dewa United
-
VIRAL4 hari yang lalu
Plaza Mulia Dilelang Rp501 Miliar, Ada yang Minat?
-
MAHULU3 hari yang lalu
Belasan Kampung di Mahulu Terendam Banjir hingga 1,5 Meter
-
BALIKPAPAN3 hari yang lalu
OIKN akan Kelola Pasokan Air Bersih dari Nusantara ke Balikpapan
-
SAMARINDA4 hari yang lalu
Legislator Abdul Rohim Dorong Pemkot Lebih Fleksibel untuk Fotografer di Teras Samarinda: Katanya Usung Inklusifitas dan Pertumbuhan Ekonomi?