Connect with us

EKONOMI DAN PARIWISATA

Transformasi Ladaya; dari Tempat Pertunjukan Seni, Jadi Destinasi Wisata Ikonik Kota Raja

Diterbitkan

pada

LADAYA
Tampilan odah rehat yang ikonik di Ladaya Kukar. (IG/@fnysulistio)

Siapa sangka, Ladaya yang merupakan destinasi wisata ikonik di Tenggarong. Dulunya hanyalah tempat pertunjukan seni dan teater. Berikut cerita lengkapnya.

Hampir 9 Km dari Jembatan Kartanegara, di pinggiran Tenggarong, ada sebuah destinasi wisata yang rekomended buat kamu kunjungi. Untuk menuju ke sana, cukup tulis ‘Ladaya’ di Google Maps, Mbak-Mbak bersuara robot pun akan memandumu ke sana.

Setelah berpisah dari jalan raya, kamu akan melewati jalan kecil sekitar 2 menit. Usai memarkir kendaraan di bawah pepohonan, di ujung mata, ada sepasang gerbang tinggi yang menanti.

Kamu akan jalan kaki untuk mendekati gerbang itu. Tenang, sifat mager dan manjamu bakal luruh, karena aktivitas jalan kakimu tak akan melelahkan. Sebab di kanan dan kiri dipenuhi pepohonan rimbun dan sejuk. Serta, antusiasme bahwa di depan sana, bakal banyak tempat untuk berfoto.

Baca juga:   ‘Kiblat’ Umat Hindu Indonesia Ada di Kukar, tapi Kurang Terekspos

Melewati gerbang, membayar tiket masuk, kamu akan disuguhi pasar trandisional mini. Itu adalah sentra pedagang di Ladaya. Ada penjual makanan dan minuman, mainan, hingga oleh-oleh buat teman yang suka nanya, “Oleh-olehnya mana?”

Maju sedikit, kamu akan disambut oleh patung naga berukuran sedang. Itu adalah hewan mitologi khas Tenggarong, selain Lembuswana. Versi raksasanya sempat akan dibangun di muka Jembatan Kartanegara, tapi mangkrak dan kini berganti menara air mancur.

Bersantai di Ladaya

Kesejukan dan kemegahan. Itu adalah 2 kata yang menggambarkan destinasi ini. Di area yang cukup luas, sepanjang mata memandang, kamu akan disuguhkan oleh pepohonan. Hijau, segar, sejuk. Jauh dari suasana kota yang ramai polusi udara dan suara.

Megah, karena bangunan-bangunannya dibangun dengan bahan dasar kayu ulin, dengan sentuhan artistik yang bikin kamu berpikir, “Aku harus foto di sini, di sini, di sana juga!” Serta berbagai ukiran khas Kutai yang semakin diperhatikan, bikin semakin merinding. Saking kerennya.

Baca juga:   Tren Wisata Nataru di Samarinda: Mal Membeludak, Destinasi ‘Lumayan’ Ramai

Ladaya sendiri telah melewati beberapa era, dari saat pintu masuknya masih di atas gunung, lalu ada kebun binatang mini, dan kini berganti lebih luas dengan konsep yang kian matang.

Selain bagus untuk tempat bersantai bersama keluarga atau orang tercinta (selingkuhan tidak masuk kategori, btw). Ada beberapa atraksi yang masih dipertahankan hingga kini. Yakni flying fox dan paint ball. Dua wahana yang cukup menguji adrenalin. Pas untuk merilis stress.

Dulunya Bukan Objek Wisata

LADAYA
Pengelola Ladaya, Kosis, saat berbincang dengan Kaltim Faktual.

Ladaya sendiri adalah akronim dari Ladang Budaya. Namanya kurang mencerminkan sebuah objek wisata. Ternyata, tempat ini awalnya memang bukan tempat berwisata.

Baca juga:   5 Rekomendasi Tempat Liburan Tahun Baru di Balikpapan dan Samarinda Versi Duta Wisata Kaltim

Pengelolanya, Kosis, menceritakan sedikit asal muasal Ladang Budaya yang merupakan pergeseran fungsi karena animo masyarakat yang tinggi.

“Dulu cuma untuk pertunjukan teater atau kesenian aja. Makanya banyak panggung panggung. Dulu itu panggung seni.”

“Jadi rumah rumah ini dulunya untuk para penampil. Pengunjung datang nonton, terus foto-foto. Walaupun festivalnya sudah selesai waktu itu, orang-orang masih mau ke sini. Akhirnya kita berpikir untuk dijadikan tempat wisata, terus kita kasih wahana.”

“Kebetulan aja animo pengunjung rame suka jadi kita jadikan tempat wisata yang masuk pakai tiket.”

“Karena kalau cuman foto-foto aja rugi. Jadi kita tambah wahana di sini juga,” jelas Kosis secara khusus pada Kaltim Faktual belum lama ini. (dmy/dra)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.