Connect with us

SAMARINDA

Andi Harun Sebut Samarinda Bisa Bebas Banjir dalam Lima Tahun Asal Saling Sinergi

Diterbitkan

pada

Wali Kota Samarinda, Andi Harun. (Mitha/Kaltim Faktual)

Wali Kota Samarinda, Andi Harun bilang banjir yang selama ini rutin melanda kota bisa dikurangi secara signifikan dalam waktu 3 sampai 5 tahun ke depan. Namun tak bisa hanya mengandalkan program fisik semata, tetapi juga kolaborasi antarpemerintah.

Samarinda termasuk kota dengan risiko banjir tinggi, akibat limpasan air dari wilayah hulu, buruknya drainase, hingga penyempitan sungai.

Salah satu fokus penanganan berada di Sungai Karang Mumus, namun menurut Andi Harun, persoalan tidak cukup ditangani di satu titik saja.

“Terkait penanggulangan banjir, bukan hanya Karang Mumus. Seperti misalnya pengerukan sungai atau pembenahan sungai sebagai saluran utama kita,” jelasnya.

Program-program besar kini disusun terarah dari revitalisasi drainase hingga pembangunan kolam retensi dan tanggul. Namun untuk mengejar target 5 tahun, dibutuhkan sinergi lintas instansi.

Perbaikan Dimulai dari Hilir

Penanganan banjir dimulai dari bagian hilir sungai menuju ke hulu. Menurut Andi Harun, pendekatan ini lebih efektif karena air dari hulu akan terhambat jika hilir belum tertata.

Baca juga:   714 Dosen Mundur Usai Lolos CPNS 2024, Kemendiktisaintek Ungkap Penyebabnya

“Kalau kita mulai dari hulu tapi hilirnya belum beres, nanti hulunya lancar airnya, di hilirnya enggak, maka dia akan naik menimpa,” jelasnya.

Penataan Sungai Karang Mumus menjadi prioritas utama. Namun, penanganan juga mencakup sungai-sungai lain seperti Karang Asam Besar dan Kecil.

Fokus utamanya adalah pengerukan, perawatan alur, serta pengamanan bantaran sungai dari sedimentasi agar air bisa mengalir lancar ke Sungai Mahakam.

Kolam Retensi dan Sistem Pompa

Untuk menahan aliran air saat hujan deras, Pemkot membangun kolam-kolam retensi. Fungsinya agar air tidak langsung mengalir bersamaan ke satu titik.

“Agar air tidak secara bersamaan, pada saat curah hujan tinggi, mengalir pada daerah tertentu dalam keadaan bersamaan,” ujar Andi.

Setelah tertampung, air akan dipompa keluar ke saluran utama saat kondisi kembali normal.

Salah satu kolam retensi tengah dibangun di antara Sungai Siring dan Pampang. Kolam ini ditujukan untuk mengurangi tekanan air kiriman dari Tanah Datar menuju Samarinda Utara.

Baca juga:   Angka Depresi di Kaltim Tertinggi Ketiga Nasional, Dinkes Dorong Edukasi Mental dari Puskesmas hingga RS

Pemkot juga mendorong kolam retensi regional di perbatasan Sungai Siring dan Kutai Kartanegara agar limpahan air dari Kukar tak langsung masuk ke Samarinda.

Butuh Dana yang Banyak

Pembangunan tanggul di sepanjang Sungai Karang Mumus masih jauh dari rampung. Dibutuhkan anggaran besar untuk menuntaskannya.

“Masih membutuhkan kurang lebih antara Rp900 miliar sampai Rp1 triliun,” kata Andi. Ia mengakui, jika hanya mengandalkan APBD Kota, penyelesaiannya bisa memakan waktu sangat lama.

Karenanya, Pemkot mendorong sinergi dengan Pemprov Kaltim dan pemerintah pusat.

“Kalau terjadi sinergi dan kolaborasi, mudah-mudahan Pak Gubernur, Pak Haji Rudi Mas’ud dan Pak Wakil Gubernur Pak Seno Aji bisa membantu Samarinda,” harapnya.

Ia menyebut pembagian pekerjaan bisa dilakukan: sebagian ditangani Pemprov, sebagian oleh Balai Wilayah Sungai (BWS), dan sisanya oleh Pemkot.

Pintu Air dan Edukasi Warga

Selain tanggul dan kolam retensi, pembangunan pintu air juga masuk dalam rencana besar penanggulangan banjir. Salah satu proyek strategis adalah pintu air Karang Mumus di Jembatan 1, yang diperkirakan menelan biaya Rp600 miliar.

Baca juga:   Tanah Longsor Terjang Balikpapan Dini Hari, Tiga Rumah Hancur Total

Selain itu, pintu-pintu air kecil akan dibangun di Karang Asam Besar, Karang Asam Kecil, dan sekitar pelabuhan.

Namun, Andi Harun menekankan pentingnya perubahan perilaku masyarakat terhadap sungai. Ia berharap, kebiasaan membuang sampah ke sungai bisa berkurang dan masyarakat lebih bijak dalam menjaga lingkungan.

“Sungai itu adalah sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan warga kota Samarinda,” ujarnya.

Penanggulangan banjir, menurutnya, harus menjadi kesadaran bersama. Jika pembangunan fisik dan perubahan perilaku bisa berjalan seiring, maka optimisme terhadap target 3–5 tahun bukan sekadar wacana.

“Kalau kesadaran masyarakat sudah terbentuk, saya optimis dalam 3–5 tahun ke depan kita bisa mereduksi banjir secara signifikan,” pungkasnya. (tha/sty)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.