SAMARINDA
Banjir dan Longsor Masih Rawan di Samarinda, BPBD Bikin Pemetaan Titik Potensi Bencana

Bencana seperti banjir dan longsor masih termasuk rawan di Kota Samarinda. BPBD kemudian membuat pemetaan titik-titik yang berpotensi kena bencana dan menyiapkan kesiapsiagaan.
Belakangan ini, hujan kategori sedang melanda sebagian besar wilayah Provinsi Kaltim pada Januari tahun ini. Termasuk di Samarinda. Secara umum, curah hujan ibu kota Kaltim berkisar pada angka 50-75 mm.
Dengan intensitas hujan yang terus meningkat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda menyiapkan antisipasi. Mengingat bencana banjir dan longsor masih rawan di kota ini. Bahkan menjadi tren yang terus menerus meningkat setiap tahunnya.
Sekretaris BPBD Samarinda, Romiansyah menegaskan pihaknya telah mempersiapkan berbagai langkah antisipasi menangani kemungkinan bencana banjir dan longsor di musim penghujan tahun ini.
Jika Samarinda tengah hujan deras sekitar 30 menit hingga 1 jam lamanya, Romiansyah memperkirakan terjadinya genangan air di sejumlah titik dengan kedalaman yang bervariasi.
“Yang jelas kalau hujannya dengan intensitas sedang sampai lebat kemudian waktunya dari setengah sampai satu jam, maka itu sudah pasti akan terjadi genangan,” kata Romi kepada Kaltim Faktual pada Kamis, 16 Januari 2025.
Ragam Upaya Preventif BPBD
Berbagai langkah preventif pun telah disiapkan pihak BPBD untuk mengurangi dampak, jika sewaktu-waktu terjadi banjir atau longsor di Samarinda. Mulai dari peralatan seperti perahu karet, mobil penyelamat hingga operasional dapur umum jika memang dalam kondisi darurat.
Selain itu, Romi menyebut, pihaknya juga tengah menyiapkan langkah jangka panjang. Kini BPBD tengah melakukan pemetaan titik rawan bencana untuk di dalam Kota Samarinda.
Dari total 10 kecamatan yang ada di Kota Tepian, 2 di antaranya telah selesai proses pemetaan. Yakni Kecamatan Sungai Pinang dan Samarinda Utara. Sisanya masih dalam pengerjaan.
“Yang 8 kecamatan sisanya akan dirampungkan segera tahun ini. Doakan.”
Ajak Masyarakat Turut Serta
Menurut dokumen kajian risiko bencana Samarinda milik BPBD, terjadinya bencana banjir yang ada di Kota Tepian ini tidak terlepas dari kondisi tata ruang dan lingkungan. Misalnya penyempitan ruas sungai serta cuaca ekstrem seiring perubahan iklim.
Selain itu, kepedulian masyarakat terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup juga jadi penentu. Kesadaran kolektif menjadi hal penting yang harus menjadi perhatian.
“Di tengah isu-isu perubahan iklim sekarang ini, kesadaran masyarakat itulah yang paling utama yang bisa menyelamatkan masyarakat sebenarnya adalah mereka itu sendiri,” tambah Romi.
Untuk itu lanjutnya, BPBD Samarinda secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan pemahaman lebih lanjut menyoal pendidikan bencana.
“Sosialisasi ke masyarakat sudah rutin dilakukan melalui program tahunan yang menjadi standar pelayanan minimum. Kegiatannya meliputi sosialisasi, edukasi, bahkan di setiap kecamatan juga telah dibentuk Kelurahan Tangguh Bencana,” pungkasnya. (nkh/ens)


-
EKONOMI DAN PARIWISATA3 hari yang lalu
Jelang Ramadan Warga Tak Perlu Panik, Stok Daging dan Telur di Kaltim Masih Aman
-
HIBURAN3 hari yang lalu
Hidupkan Gairah Literasi, Ruang Sastra Kaltim Rilis Buku Baru, Akhir Pekan Ini!
-
SEPUTAR KALTIM5 hari yang lalu
Skenario Pemerintah Bayar Tukin Bikin Diskriminasi, Koalisi Dosen Unmul Samarinda Tuntut ‘Tukin for All’
-
OLAHRAGA4 hari yang lalu
DPRD Samarinda Soroti Operasional Stadion Segiri, Sumber PAD atau Beban Baru?
-
PARIWARA3 hari yang lalu
Keunggulan Ini Bikin AEROX ALPHA Semakin Stabil dan Lincah Saat Dikendarai
-
BALIKPAPAN3 hari yang lalu
Distribusi LPG 3 Kg Hanya Sampai Pangkalan, Sub-Pangkalan Belum Tersedia
-
NUSANTARA5 hari yang lalu
Tinjau Terowongan Selili, Wapres Gibran Minta Proyek Selesai Tepat Waktu
-
SEPUTAR KALTIM3 hari yang lalu
Panitia Maratua Run 2025 Matangkan Persiapan