Connect with us

GAYA HIDUP

Media Sosial Bikin Kesuksesan Tampak Mudah, Ahli Psikologi Ingatkan Illusion of Choice

Diterbitkan

pada

Ilustrasi: banyak pintu sebagai gambaran banyaknya pilihan. (Web The Psychology Practice)

Banyak konten di medsos yang berdampak pada persepsi anak muda terhadap kesuksesan. Bikin semua terlihat mudah. Ahli Psikologi dari Unmul Ayunda ingatkan adanya Illusion of Choice. Hidup harus tetap realistis!

Sejak beberapa tahun terakhir penggunaan media sosial terus mengalami peningkatan. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, media sosial juga jadi wadah berekspresi dan upaya mempengaruhi massa hingga jadi berdampak.

Termasuk juga dalam mempengaruhi persepsi anak muda terhadap strategi untuk meraih kesuksesan. Melalui maraknya influencer dengan ribuan followers yang membuat konten tentang kesuksesan atau jalan untuk meraih impian.

Saking banyaknya konten di media sosial baik itu Instagram, TikTok, hingga YouTube yang membahas mengenai jalan sukses, membuat banyak anak muda merasa lebih mudah dalam meraih cita-cita termasuk menentukan impian.

Alih-alih membuat anak muda jadi lebih mudah merencanakan kesuksesan dan memberikan banyak pilihan impian, maraknya konten media sosial itu justru bikin banyak orang menjadi terjebak dalam ilusi yang tidak nyata.

Fenomena itu disebut sebagai Illusion of Choice. Masa ketika seseorang justru semakin bingung dalam memilih dan mengambil keputusan akibat banyaknya pilihan dan referensi yang dimiliki. Seolah banyak pilihan, padahal sebenarnya, tidak semua pilihan itu baik.

Baca juga:   Fomo Lari Nggak Selalu Buruk, Berikut Tips Memulai Olahraga Lari Bagi Pemula

Pandangan Psikologi

Dosen Psikologi Universitas Mulawarman Ayunda Ramadhani. (Dok.pribadi)

Dosen Psikologi dari Universitas Mulawarman Ayunda Ramadhani menyebut maraknya konten tentang kesuksesan di usia muda memang banyak digandrungi muda-mudi yang tengah semangat meraih impian.

Sayangnya jika tidak difilter atau dibarengi dengan pikiran yang realistis, dampaknya justru menjadi Cognitive Bias (bias kognitif). Artinya ada kesalahan berpikir di alam bawah sadar. Termasuk kesalahan dalam memproses dan menafsirkan informasi yang diterima.

“Menimbulkan persepsi bahwa pekerjaan mudah didapatkan. Sukses di usia muda itu mudah. Influencer mengemas kesuksesan dengan manis,” katanya ketika dihubungi Kaltim Faktual Sabtu, 15 Februari 2025.

“Padahal yang tampak di media sosial memang citra positif. Semua orang maunya citra media sosial yang bagus-bagus. Nggak kelihatan proses dna perjuangannya,” sambung Ayunda.

Dengan begitu, kata Ayunda semua yang tampil di media sosial, berorientasi pada hasil. Bukan pada proses dan sulitnya perjuangan di baliknya. Akhirnya menimbulkan illusion of choice tersebut. Ada dorongan merasa bisa melakukan hal yang sama dengan isi konten.

Padahal, menurut Ayunda, ada banyak faktor yang menentukan kesuksesan. Mulai dari kerja keras, etos kerja, skill, kompetensi, tingkat pendidikan, privillage, jaringan relasi, kemampuan soft skill, dan lainnya.

Baca juga:   Spot Foto Estetik di Big Mall Samarinda, Bikin Feed Instagram Makin Kece!

“Tapi wajar sih kalau terpapar terkait konten pencapaian kadang jadi insecure. Sehingga mekanisme pertahanan dirinya jadi ngggak mau kalah.”

“Insting untuk achieve hal serupa sangat wajar. Itu insting bertahan hidup, pengen sukses. Tapi jangan sampai mengabaikan faktor penentu kesuksesan.”

Harus Tetap Realistis

Menurut Ayunda, media sosial boleh-boleh saja jika ingin dijadikan sebagai acuan atau pemantik motivasi untuk meraih cita-cita. Asal, tetap realistis. Anak muda harus paham dan sadar akan potensi dan kekurangan yang dimilikinya.

Sebab media sosial sendiri memang fatamorgana. Di era digital saat ini, tidak ada yang tidak mengkonsumsi media sosial. Tapi, jangan jadi satu-satunya acuan dan contoh tanpa melihat proses kerja keras di balik kesuksesan itu.

“Saya percaya kalau setiap kesuksesan hadir dari kerja keras dan tidak ada yang instan kecuali punya talenta khusus atau privilage,” catat Ayunda.

Sehingga jika ingin sukses, setiap anak muda haruslah bekerja keras. Lalu ditunjang dengan doa, dukungan keluarga atau orang sekitar, dan faktor eksternal lainnya. Jangan hanya tergiur dan fokus pada hasil yang instan.

Baca juga:   5 Rekomendasi Spot Lari di Samarinda Versi Bobby Candra Wiguna Komunitas Run Team08

Ayunda menyarankan agar menjalani setiap prosesnya lebih dulu. Tidak langsung berorientasi pada gaji tinggi sebelum berproses. Sebab seiring berjalannya waktu, karir bisa terus meningkat, diikuti jumlah gaji.

“Terus asah diri, ikut pelatihan workshop dan lainnya.”

Pun jika anak muda ingin mencontoh influencer, harus melihat pada sosok yang memang memiliki etos kerja dan perjuangan yang bisa ditiru. Ayunda menyarankan harus mengecek background influencer.

“Harus sadar kalau media sosial tidak selalu indah. Apa yg orang capai tidak selalu mudah. Punya kesadaran kalau media sosial hanya pencitraan. Tetap balik ke realita.”

“Cari motivasi nggak salah, tapi yg punya background kerja keras juga. Ngikutin tapi sambil mawas diri dan jalani kehidupan (pendidikan atau profesi) saat ini dengan sungguh-sungguh.”

Kata Ayunda, jika sudah dalam kondisi yang semakin buruk akibat banyak terpapar konten di media sosial, maka tidak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional. Agar tidak semakin terjebak dalam Illusion of Choice.

“Kalau sudah nggak kuat, boleh banget konsultasi dan minta bantuan profesional,” pungkasnya. (ens/am)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.