Connect with us

BERAU

Peringati HUT ke-71 Berau dan Kota Tanjung Redeb ke-214 dengan Tradisi Baturunan Parau

Diterbitkan

pada

Suasana tradisi Baturunan Parau di Kabupaten Berau. (Pemkab Berau)

Baturunan Parau jadi tradisi tahunan saat menyambut HUT Berau dan Kota Tanjung Redeb. Tradisi ini sarat makna dan bertujuan untuk merawat budaya nenek moyang.

Memperingati Hari Jadi Kabupaten Berau ke-71 dan Kota Tanjung Redeb ke-214, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau selalu menggelar prosesi Baturunan Parau (menurunkan perahu).

Kegiatan yang menjadi bagian dalam adat dan istiadat ini merupakan simbol untuk mempererat tali kebersamaan masyarakat dari berbagai lapisan.

Baturunan Parau ini sendiri sudah menjadi agenda rutin tahunan yang akan digelar dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Kota Tanjung Redeb dan Kabupaten Berau.

Selain itu, tradisi ini juga bertujuan untuk merawat budaya turun temurun dari nenek moyang terdahulu.

Baca juga:   Berau Dilanda Gempa M5,6 akibat Sesar Mangkalihat, Kutim dan Bontang Ikut Goyang

Kegiatan ini sudah dilakukan beberapa tahun lalu dan diinisiasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Berau.

Hingga akhirnya menjadi tradisi yang berlangsung sampai saat ini. Dengan diikuti masyarakat sekitar, pemangku adat, agama.

Rangkaian Baturunan Parau

Sebelum dilakukan penurunan perauhu, diadakan pembacaan doa terlebih dulu. Yang dikemas dengan kearifan lokal oleh sesepuh adat.

Sesepuh adat kemudian membaca doa di haluan sambil mengikatkan kain kuning, mayang, telur dan Beras Kuning. Hal serupa juga dilakukan di bagian buritan perahu sambil mengibaskan air di daun hanjuang.

Makna dari tradisi ini yaitu untuk memohon perlindungan, keselamatan, keberkahan untuk perahu yang akan digunakan.

Setelah prosesi adat selesai, perahu yang beratnya sekitar 300 kilogram tersebut diangkat beramai-ramai dalam satu komando dan kemudian akan diturunkan ke Sungai Segah.

Baca juga:   Hari Terakhir Lomba Syarhil Quran MTQN ke-30 Berlangsung Ketat, Dewan Hakim Berharap Cabang ini Dimasyarakatkan

Usai perahu diturunkan ke Sungai Segah, para masyarakat yang ikut menggangkat bersiap untuk mendayung perahu di sepanjang sungai.

Di sinilah terlihat simbol kebersamaan diantara masyarakat. Secara bersama-sama dan ikhlas untuk membangun kekompakan dan gotong royong.

Mewakili Bupati, Sekda Muhammad Said menyampaikan tradisi ini sudah menjadi bagian dari Suku Banua. Tujuannya untuk memperkuat silaturahmi antar warga sehingga tercipta kehidupan rukun dan damai.

Ia juga menyebut, Pemkab berkomitmen untuk senantiasa mendukung segala bentuk pelaksanaan dan upaya pelestarian kebudayaan asli daerah.

Karena menurutnya, ajang budaya semacam ini bukan hanya bertujuan mempertahankan tradisi masyarakat atau suku yang bersangkutan dan menjadi salah satu daya tarik pariwisata otentik di Berau, masa kini dan yang akan datang.

Baca juga:   Klasemen 10 Besar MTQN ke-30 Tahun 2024; Kaltim Juara Umum, Jakarta Runner-up, Kalsel Peringkat Ketujuh

“Harapan saya, mari kita senantiasa bersatu untuk melestarikan dan mengajarkan budaya kepada generasi muda. Sehingga warisan dan kekayaan budaya ini terus terjaga dan bermanfaat untuk generasi selanjutnya, ” ungkapnya. (rw)

Ikuti Berita lainnya di Gambar berikut tidak memiliki atribut alt; nama berkasnya adalah Logo-Google-News-removebg-preview.png

ADVERTORIAL DISKOMINFO KALTIM

Bagikan

advertising

POPULER

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Hello. Add your message here.